CHAPTER 4- PETANDA

13 4 0
                                    

Biasanya, ruangan dengan bentuk persegi sempurna itu akan selalu diterangi oleh cahaya-cahaya lilin. Selalu bercahaya paling terang saat bulan ini—bulan kesepuluh atau yang biasa mereka sebut bulan hantu.


Sehingga tidak akan padam sampai kartu-kartu miliknya berhasil menyelesaikan tugasnya.

Namun kali ini, ketika ia memasuki tempat itu hampir keseluruhan lilinnya padam. Hanya terdapat satu lilin yang menyala dengan apinya berwarna hitam.

Yang lebih anehnya lagi, ia baru menyadari bahwa ruangan itu seakan sedang dipenuhi asap hitam di udara. Berputar-putar dan sesekali bergejolak.

Biasanya (lagi), ia tidak akan tinggal diam ketika lilin-lilinnya tidak stabil—bahkan ketika kelihatan di matanya bahwa api lilinnya bergoyang-goyang. Ia akan langsung menuju ke sekitar pemilik baru kartunya dan mengawasi agar apa yang dilakukan pemilik sesuai dengan yang mereka ajukan padanya.

Namun, hari ini berbeda. Petanda itu malah membuatnya takjub sekaligus ngeri. Ia tidak marah melainkan merasa de javu karena yang hanya bisa melakukan itu pada lilin-lilinnya hanya satu orang yang entah di mana keberadaannya.

Makanya, alih-alih kesal ia tertarik.

" Bayangan yang tidak ramah" ujarnya sedikit geli. " Bagaimana menurutmu, partnerku?" lanjutnya sambil menatap ke arah bayangan dekat pintu.

Terlihat siluet kecil di sana. Hampir menyatu dengan bayangan.

" Apa kamu serius? Ini bisa menyempurnakan sebuah balas dendam" jawab sesuatu itu dengan nada ringan dan halus yang mengingatkan.

Ia tergelak ringan dan menggeleng. " Apa yang kamu takutkan? Bahkan orang menyebalkan itu—harus kukatakan tidak akan memperdulikannya, ia selalu egois dan semaunya sendiri. Jika bukan karena dia, aku sangat ingin meng—"

" Hei hentikan, suasana tempat ini memburuk karena temperamentalmu ini" potong teman bicaranya tadi, menunjukan bahwa ruangan sekitar bertambah gelap dengan angin dingin yang berhembus semakin kencang.

Ia menghela nafas, mencoba seperti biasa lagi. " Sepertinya kita perlu pendengar kan tahun ini? Aku yakin ini akan berbeda"

" Terserahlah" kata sosok itu dengan mendengus yang kemudian melengos pergi.

Meninggalkannya sendiri.

Namun tetap saja, Ia tetap takjub dengan perbedaan tadi. Ia berjalan mendekati jendela besar rumahnya, menatap pekarangannya yang dipenuhi hiasan dengan cahaya oranye itu sekaligus melihat mereka yang tampak tidak peduli sambil lalu lalang.

" Hanya perlu menunggu saja" gumamnya pelan sambil mengayunkan tangannya ke atas. Seketika pintu rumahnya yang tadinya terbuka segera menutup.

Hanya menunggunya, dan semua akan siap.

🌙🧙‍♂️🎇🌙

"Come Little Children"

By Vanessa Hudgens




Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Where stories live. Discover now