CHAPTER 23 - Pertemuan

4 0 0
                                    


Sekolah, 28 Oktober 10:45

Hi,

Kali ini Gue memilih lokasi tongkrongan Gue di sekolah sebagai tempat menulis dengan nyaman. Teman-teman Gue secara sukarela memberikan waktu untuk Gue sendiri di sini.

Sesuatu yang jarang terjadi mengingat betapa berisiknya mereka jika kami sedang bolos. Gue bahkan harus menimbulkan beberapa kecelakaan agar mereka tidak terlalu mengganggu Gue dan fokus pada itu.

Gue enggak peduli kecelakaan itu melibatkan mereka secara langsung—lo tahulah maksud Gue, atau kecelakaan yang melibatkan mereka yang tidak sengaja kutemui secara random dengan teman-teman Gue itu...

Oke, Gue akui terkadang Gue kejam...

Balik lagi.

Biasanya Gue akan merasa sangat sensitif jika melakukan sesuatu hal yang bukan gude banget di luar rumah atau eilayah pribadi Gue.

Tindakan itu akan selalu menimbulkan spekulasi atau gunjingan tidak penting yang kadang bisa memancing Gue untuk melakukan sesuatu yang di luar logika terhadap seseorang.

Gue sudah bilang kan mereka suka menyebut Gue apa sedari Gue kecil dulu? Gue tidak butuh pembelaan diri yang akan sia-sia.

Jadi, karena mereka menganggap Gue begitu, boleh dong Gue memberikan apa yang mereka mau?

Sehingga, sedari Gue kecil dan paham dengan apa yang mereka bicarakan, Gue memanfaatkan kondisi Gue untuk kekerasan yang dirasa perlu, terkadang itu menyenangkan karena Gue tidak perlu menahan diri dengan apa yang Gue lakukan.

Ingat sekali pada masa kelam itu Gue lebih parah dari yang sekarang. Gue enggak segan-segan main fisik dengan semua orang tanpa melihat identitas mereka, semua takut sama Gue..

Sampai suatu ketika, Gue dihadapkan dengan perihal yang membuat Gue lebih memahami tentang diri Gue sendiri. Ia datang bagai angin dan secara perlahan menerpa kehidupan Gue..

Kalau beda, memang kenapa?

Itu kalimat yang ia buat ketika pertengkaran pertama hebat kami terjadi. Mendorong Gue untuk mendengar bocah itu yang sekarang entah di mana—membuat sebuah keputusan semenjak itu bahwa Gue jangan sampai merusak diri Gue juga.

Ya, bisa ditebak akhirnya Gue belajar untuk lebih mengontrol emosi Gue biar nggak asal jotos.

Jadinya, di antara teman-teman Gue, Gue adalah yang paling tenang namun tidak bisa diremehkan karena Gue bisa melakukan banyak hal.

Kalau dipikir itu lucu kan? Gue benar-benar enggak bisa lupa in bocah itu. Bahkan sekarang Gue mengungkit ingatan tentang dia.

Dia yang menjadi fondasi Gue untuk mempergunakan kemampuan Gue seiring dengan Gue menulis di buku harian ini.

Bocah mengerikan yang satunya ini benar-benar menempati janjinya.

Dengan itu, entah bagaimana setiap yang Gue mau semua orang akan melakukan itu.

Tersenyum dan bersahabat seperti bocah itu lakukan untuk Gue.

Kira-kira bagaimana ya kabarnya?

===

Rumah no.3, 29 Oktober 11:06

Lo enggak akan percaya dengan apa yang Gue alami tadi!

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Where stories live. Discover now