CHAPTER 7 - Pemilik Kartu

11 2 0
                                    

Setelah menutup ponselku dan meletakkannya di saku rok, aku terus menatap gerbang terkunci yang menghalangiku dari akses tempat itu. Sambil menggenggam kartu yang ternyata bisa kurasakan bereaksi dengan tempat ini.

Seperti yang kubilang tadi, aku dapat merasakan bahwa energi yang terkuat dan sama dengan kartu itu ada di dalam sana. Dugaanku saat ini adalah siapa pun orang itu meninggalkan jejak untukku agar ditemukan olehku.

Ini bisa saja menjadi jebakan, makanya aku mendatangi tempat ini sebagai Ganeeta—sisiku yang lain dan pastinya sisi paling tidak ramah dengan sesuatu yang berbahaya. Dengan topengnya yang berwarna gelap serta bola mataku yang sama gelapnya pasti akan membantuku untuk mengintimidasi siapa pun itu.

Setelah yakin bahwa kedua kelas terdekat sudah mulai kosong dan tidak ada orang yang memperhatikanku, aku memusatkan fokusku pada jari-jari tanganku.

Beberapa saat kemudian, aku dapat merasakan rasa hangat dengan sinar redup yang malu-malu muncul di sana.

Aku tersenyum simpul sambil mengayunkan jariku tersebut, gumpalan asap hitam yang keluar dari cahaya dijariku melebur menjadi bentuk kobaran api kecil. Aku mengayunkan kobaran itu ke arah gembok yang ada di gerbang itu.

Aku melakukan hal ini agar tidak perlu menggunakan kunci yang diberikan Firgha. Alasannya agar tidak ada jejak aku pernah menggunakan akses ini.

Setelah terbuka, dengan gesitnya aku masuk melewati gerbang tersebut.

Seketika aku bergidik saat merasakan sensasi dingin di lingkungan ini, menandakan bahwa memang betul jejak energi dari kartu bersumber dari sini.

Sehingga tebakanku bisa dikatakan benar.

“Well, aku menemukanmu”

Aku menjadi sangat semangat dan mencoba berjalan lebih jauh—penasaran akan jadi apa ketika sukma itu kulempar dengan kobaran bentuk apiku ini.

Namun sayangnya, ketika aku baru berjalan beberapa langkah dan merasakan bahwa energi dari tempat ini mendatangi bayanganku,, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahuku dari belakang.

Aku yang langsung bersiap untuk membanting orang itu ke depan segera mengurungkan niat ketika mengetahui orang itu adalah murid kelas atas—terlihat dari jaket yang ia gunakan.

“ Siapa lo?” tanya murid itu. Aku menatap takjub melihat badannya yang besar sampai aku harus mendongak, tapi segera saja aku menunduk. “ Ngapain lo pakai cosplay gitu, heh?! Di sini pula”

Waduh, ternyata dia galak. Kemungkinan besar kakak kelas ini adalah antek para senior!

Aku yang tidak ingin mencari masalah berusaha membuang muka. “ Amp—ampun kak, ketua menyuruh saya bertemu bos besar” kataku, mengikuti saran Firgha jika aku tertangkap basah. Bos besar merujuk pada kakak kelas yang menjadi raja di kelompok angkatanku.

Kakak kelas itu lalu terdiam. Terasa sedang menimbang-nimbang dan aku merasa ia menatapku curiga. “ Gue enggak tahu urusannya apa, tapi karena gua enggak kenal lo, jadi sana lewat jalan biasa!”

“ Baik kak” kataku patuh, aku tidak boleh terlihat akan mengakses tempat ini dengan kemampuanku! Mungkin benar kata adikku tadi, harusnya jangan sekarang.

Aku segera beringsut pergi dari tempat itu. Karena tempat ini lumayan sempit dan murid itu berbadan besar, aku akhirnya meminta maaf untuk melewati murid itu di hadapannya, dan pastinya sangat dekat.

“ Permis—”

Aku yang tadinya mau sopan langsung terdiam saat mencium aroma yang sangat familier di hidungku. Murid itu juga sama terkejutnya yang menandakan ia juga mencium aromaku (oke, ini terdengar agak ambigu tapi itu yang terjadi!)

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang