CHAPTER 19 - Kisah Kedua Dalam Surat

4 0 0
                                    

Pria dengan setelan berwarna hijau tua bak kerajaan berjalan dengan tergesa-gesa ke sisi timur tempatnya tinggal.

Wajahnya tidak terlihat dengan jelas, namun pastinya ia memiliki paras tegas yang rupawan dengan rambut bergelombang berwarna hitam yang kini terlihat acak-acakan.

Sebenarnya, bukan kebiasaannya untuk datang dengan tampilan yang seperti itu. Apalagi jika ia datang ke tempat tinggalnya ini. Keadaan yang ia anggap darurat ini lah yang membuatnya harus segera menemuinya.

Seperti dugaan, orang itu membuat semacam blokade ke tempat kesukaannya.

" Eb Enog!" serunya sambil mengibas tangannya ke udara kosong di depannya. Membuat penghalang dari tangkai-tangkai kayu yang kelihatan tajam segera menguap seperti balon.

Ia membuka pintu paling besar itu dengan kasar. Kaget melihat orang itu sudah berdiri di ujung balkon dengan pandangan ke atas. Gaun terusan berwarna senada dengan setelannya melambai-lambai tertiup angin, terasa menyatu dengan sinar bulan bulat yang memang sangat besar dari tempat ini..

Warna bulannya terlihat lebih ke oranye itu.

" Apa yang kamu lakukan?" ia menarik paksa tangan orang itu agar menjauh dari ujung balkon. Bisa dirasa bahwa orang itu tidak melawan sama sekali. " Jawab aku.."

Ia terus menatap perempuan itu menunduk dengan tatapan tajam. Rambut selengan-nya yang saat ini dibiarkan terurai menutup wajahnya dengan sempurna, namun ia sempat melihat mata perempuan itu sembab.

" Jawab aku..." ucapnya memohon.

" Aku sudah muak Ka.." bisik perempuan itu. " Tidak bisa dibiarkan lagi. Aku akan melakukan itu" lanjutnya pelan, namun bernada penuh tekad.

Mendengar jawaban adiknya itu, ia segera tahu apa yang dimaksud. " Jangan gila, kita masih bertahan, bukan?"

" Gila?" beo adiknya sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap. " Aku sudah muak kak, kejadian itu tepat di depan mataku. Aku tidak bisa. Aku tidak-aku harus bertindak!" ia dapat melihat air mata di wajah manis itu mengalir lagi.

Dalam hatinya ia sungguh menyesal karena datang terlambat seperti ini. Ia sangat tahu sang adik. Sekali ia memutuskan, maka ia akan membuat itu menjadi nyata.

" Apa kamu tidak sayang pada kami?" tanyanya berniat membujuk. Ia harus meluluhkan hati perempuan itu bagaimanapun caranya.

Karena yang akan ia lakukan bukan hanya mencelakakan mereka, tapi perempuan ini sendiri!

" Aku sayang padamu kak" balas adiknya. " Tapi aku benci perbuatan yang lain"

Ia tidak dapat berkata-kata mendengar nada benci untuk pertama kalinya dari sang adik.

" Maafkan aku.."

Dengan spontan dan tanpa persiapan, perempuan itu mendorongnya dengan kemampuannya. Ia terjengkang bersamaan dengan tubuh sang adik yang terjun bebas dari balkonnya.

Ia segera berdiri dan berniat menolong sang adik walau sia-sia.

Malahan yang ia dapat, suara sang adik yang menyebutkan sesuatu yang dikenalnya, bertepatan dengan ledakan yang ia bisa lihat di mata dari arah bawahnya.

DUAR!!

Aku langsung terbangun saat merasakan ubin dingin dari kamarku. Badanku terasa remuk saat menyadari bahwa aku terjatuh dari tempat tidurku, bersamaan dengan ponselku yang berdering-dering.

Mimpi yang dialami olehku tadi sungguh nyata. Seperti menonton adegan itu dari layar bioskop namun kamu masuk ke layarnya.

Melihat berbagai detail dan ekspresi di kejadian itu. Aku yang tidak bisa berbuat apa-apa ditempatkan sebagai pandangan orang ketiga.

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin