CHAPTER 27 - Penghianat

5 0 0
                                    

Perempuan itu terus menatap pemandangan matahari terbit dari atas pohon tertinggi kesayangannya. Ia sedang melamun memikirkan apakah gertakan serta permintaannya kemarin berhasil menyentuh hati kakaknya yang paling dekat itu.

Aozora paham, apa yang ditempuhnya sekarang merupakan hal yang sangat tabu di antara mereka yang terpilih. Dengan berusaha melawan kesepakatan bersama-walau tanpa persetujuannya merupakan awal yang tidak benar.

Tapi baginya, hal itu pula yang harus ia lakukan untuk melindungi semua. Mengusik kestabilan alam dengan maksud menguntungkan pihak tertentu sangat tidak diperbolehkan,

Aozora menghela nafas. Di atas langit, sebuah titik merah sudah terlihat jelas di matanya.

Titik merah itu merupakan bulan yang nantinya akan semakin besar dan diabadikan sebagai saksi pertemuan tahunan tujuh orang yang terpilih itu. Mereka menyebutnya sebagai Bulan sihir berdarah karena pada titik itulah kekuatan mereka berada di puncak.

Biasanya , setelah melakukan pertemuan rutin itu, sang kakak yang paling tua akan memberitahukan hasil kesepakatan mereka pada semua orang sebelum akhirnya mereka merayakan kesepakatan itu bersama semua orang dan di pagi harinya, seperti keajaiban semua akan bertindak sesuai dengan keputusan itu.

Oleh sebab itulah, Aozora saat ini sangat gelisah. Kesepakatan bersama itu bukanlah kesepakatan yang biasa saja, tapi didalamnya terdapat berbagai energi yang berasal dari kekuatan mereka untuk mengunci hasil keputusan itu yang membuat kesepakatan itu akan terjadi untuk mereka semua.

Para kakaknya itu memanfaatkan pertemuan tahunan ini untuk mengwujudkan kesepakatan tidak jelas itu, dan Aozora sangat menolaknya. Ia berusaha dengan sangat keras untuk menghindar dari mereka untuk tidak dibawa paksa ke pertemuan itu.

Sehingga kesepakatan yang dibuat itu tidak akan lengkap karena ia tidak ada!

Namun sialnya, ternyata tindakan itu lebih sulit dilakukan daripada yang ia rencanakan. Seperti magnet, ia merasakan kekuatan mereka saling terhubung hingga membuat dirinya cenderung untuk mendekat ke lingkaran-sebutannya untuk keterikatan tidak kasat mata di antara para terpilih-mereka dari hari ke hari sampai hari ini.

Aozora sadar, jika ia ingin menggagalkan kesepakatan tidak jelas ini, itu artinya adalah ia harus memutuskan ikatan tersebut.

" Tuan Putri..."

Lamunan Aozora buyar ketika beberapa roh hutan berbentuk bulat dengan bulu halus muncul dari arah bawahnya. Mereka yang bergerombol segera mengelilingi Aozora yang tampak geli terkena bulu mereka.

" Ada apa, Sear?" tanya Aozora pada bulatan yang paling besar, ia merupakan ketua pemantau yang ditunjuk langsung oleh Aozora.

" Tuan datang"

Mendengar itu, Aozora menjadi tertarik. "Kakak ke empat?"

" Ya, Tuan Putri.. tapi.." bulatan bernama Sear itu agak ragu meneruskan.

" Kenapa?"

" Ia menggunakan pakaian resmi lengkapnya"

Aozora mengerutkan alisnya bingung. Memikirkan kakak ke empatnya yang hampir tidak pernah menggunakan baju resminya karena merasa bukan gayanya, malah menggunakannya hari ini ke tempatnya? Padahal biasanya ia hanya menggunakan pakaian santai karena merasa tempat Aozora ini sangatlah tenang.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ia marah?

" Apa kamu tahu tujuannya datang ke tempatku?" tanya Aozora. "Kamu memastikan itu dia kan?"

" Betul, Tuan Putri" bulatan lain yang Aozora tahu ditugaskan menjaga gerbang utamanya menyahut. " Dari aroma serta reaksi tabir pelindung tempat ini, orang itu adalah kakak ke empat"

" Apa kamu tahu tujuannya kemari?" tanyanya ulang. " Apa kabar bagus tentang yang kemarin kuminta pada kakakku itu?" lanjut Aozora sambil mengayunkan kartu yang dipegangnya ke hadapan para roh hutan tersebut.

Sear menatap sesamanya dengan mata yang terlihat enggan untuk menjawab. " Sebenarnya..."

" Sebenarnya..." Mereka semua yang berada di atas pohon itu segera menoleh ke arah sumber suara yang memotong pembicaraan mereka. Aozora tampak terkejut melihat kakak ke empatnya sungguh menggunakan baju resminya. " Aku kesini untuk membawamu ke pertemuan hari ini" lanjutnya.

Ternyata baju resmi yang diberitahukan oleh para penjaganya bukanlah baju resmi biasanya. Namun kakaknya itu menggunakan baju zirah lengkapnya yang sangat jarang dilihat Aozora sampai sekarang-zirah biru.

Zirah utama saat kakaknya itu hendak berperang.


🌙🧙‍♂️ 🌙
[ two skies ]

Dirk Maassen

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Onde histórias criam vida. Descubra agora