CHAPTER 5 - AKSES RAHASIA

11 3 0
                                    

" Beri tahu gue, sejak kapan lo jadi bandar nakal begini?"

Oke sebelum aku sempat menjawab pertanyaan konyol ini di antara para penyamun warga belakang kelasku, aku harus menjelaskan situasiku sebelumnya.

Semua ini tentu saja dikarenakan Sanjaya-adikku yang kelewatan polos itu. Bagai kupu-kupu yang beterbangan dalam perut, perasaan kekhawatiranku akan keluargaku ini menjadi perpaduan utama yang membuatku harus segera bertindak.

Satu kata untuk siapa pun yang membuat Sanjaya masuk ke kondisi ini-pintar.

Bayangkan, Sanjaya benar-benar melihat rumah besar hitam di atas pekarangan yang seharusnya merupakan pekarangan terabaikan dengan bongkahan kayu di ujung gang yang menuju ke arah sekolah kami.

Katanya, dari matanya rumah itu begitu besar di malam hari-dia tidak ingat bagaimana ia bisa di sana dan mengapa hari itu malam. Dengan warna dindingnya yang sama-sama sehitam malam, tempat itu seakan membimbing para penemunya untuk terpukau (atau ketakutan) dengan berbagai pernak pernik maupun ornamen Halloweeen yang banyak menghiasi pekarangannya.

Dengan cahaya oranye yang mencolok dari berbagai ornamen di sana, sampai dengan bau manis yang keluar dari rumah itu tambah membuat adikku ingin masuk ke dalamnya.

Terpana...terhipnotis.

Untung saja untuk adikku itu, ia hanya sampai berdiri di teras rumah tersebut. Sempat menerima kartu ini dari sesuatu yang tidak diingatnya-yang tentu saja merupakan kartu yang saat ini kupegang.

Katanya, ketika ia hampir masuk, Sanjaya dikejutkan oleh petir yang menyambar entah dari mana (lagi). Begitu ia tersadar, ia langsung kabur dari tempat itu.

Saking takutnya dengan kejadian itu, ia berniat tidak akan menceritakan ke siapa pun sebelum akhirnya aku menangkap basah dirinya dengan kartu yang ada di meja belajarnya kemarin.

Harus kaukui, kartu ini memang diberikan energi yang lumayan kuat. Energi dalam kartu ini sampai melawan tekananku. Sesuai dugaanku dari awal.

Ketika aliran energi kartu kuganggu, maka ia juga akan mencoba menarik energi lain untuk menggantinya.

Tentu saja energi yang aku maksud adalah energi si pembawa, Sanjaya. Benda ini sedikit demi sedikit menyedotnya sampai membuatnya lemah dan saat ini sedang sakit.

Maka untuk menghindari Sanjaya semakin lemah dan kartu ini semakin rajin mengganggunya, aku akhirnya memutuskan untuk menyelidiki ini di sekolah kami.

Tidak mungkin rasanya pemilik kartu ini tidak merasakan tekanan yang kubuat, pasti dia sadar bahwa ada yang mengganggu kartunya dan si pemilik kartu ini.

Sehingga, yang paling masuk akal adalah memantau di sekolah tempat adikku berada.

Artinya adalah sekolahku juga.

Tapi, entah bagaimana situasinya, sudah seminggu ini aku mencoba memancingnya tapi ia tidak datang.

Aku sudah mencoba berbagai cara seperti ke sudut sepi sekolahku, ke kelas adikku, ke perpustakaan, ke sekeliling lantai junior dan lantai dasar, memantau dari langit, bahkan sampai rooftop sekolah kami yang terlarang untuk didatangi.

Sialnya, apa pun itu tidak datang.

Aku rasanya hampir menyerah saja dan menarik paksa energi kutukan itu dari dalam kartu jika tidak memikirkan bahwa aku belum memeriksa lantai atas.

Lantai para senior di atas kami.

Sebagai informasi, sekolahku ini memiliki lima lantai yang dibagi menjadi sektor-sektor yang unik.

Lantai satu dan dua merupakan area auditorium sekolah, kantin, ruang ekstrakurikuler dan ruang utama guru dan satu ruang serbaguna.

Di lantai tiga merupakan lantai murid kelas sepuluh.

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Where stories live. Discover now