CHAPTER 18 - Akhir Kisah Ini (1)

5 0 0
                                    

Secara dramatis, setelah Eren menutup ceritanya dengan topinya yang ia lepas dan ia letakkan di wajahnya dengan kepala menunduk, aku mendongak untuk mendapati api berwarna pink keemasan sudah menyala terang di atas lilin itu.

Secara perlahan, tongkat milik Eren meluncur turun untuk ditangkapnya yang berwajah semringah-menatapku geli karena pastinya aku memberikan tatapan kamu-memang-miring-sebelah.

Tahulah maksudku..

" Hanya itu?" tanyaku kemudian.

Eren mengangguk. " Yup, cerita untuk hari ini" katanya sambil kembali menyeruput teh labunya itu. Sedangkan milikku tidak pernah kusentuh.

" Maksudku.." aku merubah posisi dudukku yang terasa sudah terlalu lama tidak berubah. Paha kakiku bahkan terasa kaku. " Aku kesini hanya untuk mendengar cerita itu?"

" Menarik, bukan?"

" Disturbing" kataku. "... Kamu aneh. Hal seperti itu kan bisa kamu ceritakan lewat... mungkin telepon? Whatsapp? Zoom?"

Tiba-tiba saja Eren menggeleng sambil meletakkan kembali gelasnya. Ia bahkan mengayunkan jaru telunjuknya ke kiri dan ke kanan secara cepat. " Lihat cahaya pink keemasan itu kan?"

Karena memang benar adanya, aku mengangguk.

Eren mengangkat tongkatnya dan menunjukkan sesuatu. Membuatku mengikuti gerak tongkatnya dan melihat takjub ketika area cahaya lilin yang baru dihidupkan itu membesar-membuat putaran angin gelap itu mulai melambat.

Jariku kemudian menyala secara terang sembari aku melambai secara otomatis ke atas, membuat beberapa visual gelap itu seperti terserap masuk ke jariku.

" Nah, aku membutuhkanmu untuk menarik aura bayanganmu" ujar Eren puas. " Hal itu tidak akan mungkin bisa kamu lakukan jika tidak berada di dekatku"

Aku dapat melihat jelas bahwa senyuman itu terlihat mengejekku. Tahulah seperti sebuah senyuman kemenangan dari seorang saudara atau kerabat dekat jika memenangkan sesuatu.

Nah, aku mendapatkan vibe itu dari si pria ini-ya, aku menyebutnya pria karena Eren benar-benar tidak mirip dengan Dolerian yang ada di sekolah, walau mereka ada kemiripan... Eren di sini terlihat seperti orang berumur 27-an ke atas (walau jujur, ia memang tampan).

Ia pria dengan kelakuan kekanakan!

" Ya sudahlah..." kataku akhirnya mengalah.

Eren semakin tersenyum lebar sebelum akhirnya menghela nafas lega. " Bagaimana kisah yang satu ini?"

" Terlalu depresi. 2 tahun usahanya seperti hilang ditelan bumi" jawabku jujur. " Wajahnya... apa benar kamu melakukan itu, Eren?"

Lagi-lagi... ia memberikan senyuman yang menyebalkan itu.

Kenapa ia selalu memberikan senyuman itu padaku sih? Atau mungkin saja ia memang selalu suka melakukan itu!

" Sebuah tanggung jawab" katanya yang tak disangka dengan nada kalem. " Magic always has a price, Kei Uma! Aku selalu mengatakan itu, bahkan pada tamuku itu"

" Dengan mengambil apa yang ia butuhkah?"

" Ralat... ia inginkan..mungkin" katanya misterius.

Aku terdiam mencoba memahami keanehan reaksinya yang suka melompat-lompat itu. Ia memberikan sebuah cara menyatakan harapan seseorang tapi akhirnya mengambil itu?

" Aku tidak mengerti... apa kamu jahat? Kamu memberi harapan palsu jika begitu!"

" Kei Uma" katanya pelan. " Saat ini aku hanya membutuhkanmu untuk mendengar dan membantuku menghilangkan angin yang menganggu lilinku ini, sebagai gantinya aku membantu adikmu untuk terlepas dari kartu yang terhubung dengannya, tidak lebih"

Aku mengangkat alis. " Bahkan untuk pertanyaan umum seperti ini? Aku kan tidak menanyakan suara yang di dengar oleh si Cantika ini"

" Jika kamu sangat ingin tahu... aku bisa kok, tapi itu artinya kamu akan melakukan kontrak lain denganku, mau?" tanya Eren yang akhirnya tertawa melihat reaksiku yang terganggu. " Setidak sukanya kamu padaku?"

" Aku hanya tidak suka karena tidak mengerti kamu" ujarku yang akhirnya berdiri, tidak berniat berlama-lama disini. " Tepati janjimu untuk memutuskan kutukan itu pada adikku. Hanya itu kontrak kita, tidak lebih" kataku membeo nya. aku menatap langsung mata Eren dengan mata hitam milik Ganeeta.

Tanpa diduga ia balas menatapku juga.

" Selalu kesal ya.." jawab Eren tambah kalem. " Baiklah..baiklah, aku sudah membantu adikmu lebih baik, besok pagi bisa kamu lihat sendiri"

" Kuharap kamu benar, Sang Warlock Eren De Geova" kataku dingin sebelum berbalik.

" Tentu... sampai jumpa nanti... Kei Uma. Ah kamu tidak minum teh-ah ya sudah bye..." balas Eren selagi aku keluar dari rumah itu.

Keesokan harinya, seperti janji Eren kemarin Sanjaya sudah bisa lebih aktif dalam beraktivitas. Aku seratus persen yakin bahwa dia tahu ada sesuatu yang terjadi-apalagi saat ia sudah bertemu dengan Arunika, ia benar-benar mengawasi pergerakanku.

Tapi, tentu saja ia memahami batas agar tidak menanyakan hal tersebut. Ia hanya mengetahui bahwa aku perlu beberapa kali ke tempat itu dan ia akan membaik.

" Hai Keiran!"

Sebuah tepukkan ringan mendarat di bahuku yang sedang mencari buku pelajaran berikutnya. Aku menoleh dan mendapati kakak kelas cantik yang kukenal dari komunitas ekstrakurikulerku di hadapanku.

" Halo kak!" sapaku ringan. " Sudah lama enggak kelihatan, gimana nih lombanya di pulau seberang?" tanyaku antusias.

Ia mengacungkan jempol. " Tentu bagus dong! Walaupun hanya juara kedua sih.."

" Humpp..humppp" aku menggeleng. " Yes, maybe the first winner will always be remembered. But don't forget, the second and third place winners and so on are there to realize the first place winners that there is a sky above the sky. Hanya kali ini dia yang lebih unggul "

Ia tertawa dan kembali menepukku bahuku. " Itulah mengapa Gue suka banget sama lo!"

" Inggrisku bagus kan, kak?"

" Much better as always!"

" Gimana nih kegiatannya sekarang?" tanyaku akhirnya, mengganti topik.

" Biasalah, membuat beberapa strategi acara dan rencana regenerasi nanti... tahu kan karena sistemnya sudah baru dari tahun lalu"

Aku mengangguk maklum. Memang, terdapat banyak perubahan di masa angkatan kakak kelas ini, ia yang terpilih menjadi salah satu ketua di OSIS memiliki banyak tugas untuk mengikuti perubahan itu.

" Apa lo ingin mencalonkan diri?"

" Ogah" jawabku langsung yang membuatnya tertawa. Dia tahu aku akan selalu menolaknya. Aku tidak terlalu suka intrik berbau politik-ya, secara tersirat lah mirip seperti politik itu.

" Ditt!! Aprodhite!!"

Kami berdua sama-sama menoleh saat ada yang memanggil ke arah kakak kelasku ini, tampak seorang murid laki-laki berkacamata tebal mendekati kami.

" Kak, rapat mau dimulai!" katanya sambil ngos-ngosan, tanda ia tadi berlari.

Aphrodite yang terlihat tertangkap basah hanya menyengir. Ia kembali menepuk bahuku. " Ok, kayaknya memang waktunya pisah... sampai ketemu, Kei.." katanya sebelum pergi bersama murid itu.

Mereka tidak sempat melihat reaksiku yang terdiam mematung ini...

Tunggu sebentar.

" Aphrodite?" bisikku yang memberikan tatapan horor, aku tahu pasti ini bukan kebetulan semata nama mereka mirip...

Tapi, kakak kelasku itu diangkat menjadi ketua setelah ketua OSIS sebelumnya keluar dari sekolah...

Menutup pamor panggilan milik kakak kelas itu yang entah bagaimana dikaitkan dengan keluarnya murid tersebut.

Senior Bunga-gumamku merinding.


🌙🧙‍♂️ 🌙


[Introduction]
Edward Scissorhands OST

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang