CHAPTER 8 - Siapa Dia

8 2 0
                                    

Kami sama-sama terdiam dan saling memandang.

Terlihat jelas dimataku bahwa perasaan yang kami rasakan saat ini berbeda satu dengan yang lain. Aku yang tampak kesal dan waspada, sedangkan Dolerian terlihat seperti sangat senang atas kedatanganku ke rumah ini.

Tapi wajah senangnya ini bukan tipe wajah menyebalkan yang selalu ia tampilkan di sekolah. Dolerian yang saat ini berada di hadapanku adalah seseorang yang sangat berbeda dan tampak lebih dewasa.

Ralat-gurat wajahnya yang baru kusadari tegas itu tampak lebih kokoh, serta pandangan matanya juga tampak seperti kakek-kakek tua yang sudah menjalani beberapa kehidupan.

Yang artinya tua sekali...batinku.

" Kenapa kamu memandangku begitu?" tanyanya memecah suasana. " Kamu seperti ingin membunuhku.."

Aku tersenyum miring. Ternyata di wujudku yang sekarang, jiwa memberontak Arunika yang lebih dominan. Dengan gerakan ringan aku mengambil topeng mini berbentuk kucing dari sakuku.

" Ngga usah pakai aku-kamu, lo tahu dengan maksud kedatangan gua, kan?"

Setelah mengucapkan itu, aku dengan segera memasang topeng kekecilan itu di antara dua mataku. " Dua" bisikku kemudian dan seketika topeng kecil itu membesar dan membungkus area mataku.

Topeng itu lambat laun merubah warnanya yang awalnya ungu menjadi warna hitam keunguan dengan corak berwarna putih. Asap tebal kemudian keluar dari balik topeng itu dan menutupi seluruh tubuhku.

Saat menghilang, tampilanku kembali menjadi seorang Ganeeta.

Rambut sebahu berwarna biru gelap dipadu dengan baju kemeja berwarna hitam dengan rok selutut yang senada dengan topengku.

Wajahku yang putih ditutupi dengan topeng tersebut dengan bagian matanya yang tidak memiliki area warna putih karena mataku memang sepenuhnya hitam sebagai Ganeeta.

Terlihat menyeramkan semaksimal mungkin membuat sudut bibirku mengarah ke bawah.

" Wow... look so cold.."

Bukannya takut, Dolerian malah tertawa sambil bertepuk tangan. Untungnya karena Ganeeta mengambil sifatku yang lebih tenang, aku tidak gentar.

" Lo tahu maksud Gue datang kemarin. Gue yakin lo curi dengar pembicaraan Gue dan Firga kan?" kataku tegas.

Tawa Dolerian mulai mereda. Ia mengetuk-ngetuk tongkatnya ke lantai " Kamu memberi tahunya seperti aku ini maling?"

Hufft.... Dia mengulur waktu! Ternyata sifat menyebalkannya itu tetap ada walau dibungkus tampilan dewasa.

" Gue enggak tahu tujuan lo bawa Gue kesini," kataku sambil mulai merasakan kobaran api bayanganku muncul di kedua tanganku yang jarinya bercahaya redup "sorry to be not sorry, Gue kesini buat minta lo ambil kartu terkutuk ini dan lepasin adik Gue!" lanjutku mulai kasar-aku sangat berusaha untuk membuat diriku seperti preman-preman yang memalak di beberapa titik yang kutemui (namun pada akhirnya mereka tobat karena di urus Arunika-beda cerita di satu cerita yang sama).

Mungkin karena melihatku yang mulai kasar dan menyulutkan api emosi di antara kami tanda aku serius ingin melukai, Dolerian menghela nafas panjang sebelum ia merubah semua mimik muka sumringah nya dengan wajah datar yang sangat serius.

Sampai entah mengapa membuatku merinding.

" Selalu kaku dan to the point " komentarnya. Ia mulai berjalan mendekatiku. " Kubiarkan kamu datang kesini dengan apa pun reaksimu. Melemparku dengan sangat kasar di sekolah tadi, menendang tabir dimensiku sampai robek, membuat partnerku pindah ke antah berantah-walaupun kemungkinan besar ia masih berada di rumahku ini, dan terakhir kamu meminta bantuanku tanpa kata tolong?" tanyanya tidak percaya.

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Where stories live. Discover now