CHAPTER 29 - FAKTA

4 0 0
                                    

Setelah aku menyebut nama itu kami sama-sama terdiam. Saling menatap untuk mengamati setiap reaksi yang timbul.


Aku menyebut nama itu bukan tanpa sebab. Sebenarnya aku sudah merasa bahwa orang di depanku ini bukanlah Eren semenjak kami melakukan hal itu di kelas kemarin.

" Benar kan?" tanyaku ulang.

Eren—atau seseorang yang mirip Eren itu akhirnya melemaskan postur tubuhnya dan menghela nafas karena terlihat sudah tidak bisa membantahku lagi. Ia memberikan postur tegak yang sepertinya memang postur biasanya karena ia nyaman—bukan postur Eren yang cenderung santai.

Sosoknya rampak tinggi dan seharusnya terlihat wibawa, tapi di mataku malah terlihat songong.

" Saya Eren" katanya sambil mengangkat tangannya agar aku tidak memotong ucapannya. " Namun kesadarannya bukan dia, tapi saya.."

" Jadi, kamu mengontrol Eren?" tanyaku lagi, hampir berkata kasar namun segera kuurungkan karena aku belum tahu jelas dia siapa dan jika dia saja bisa membuat Eren begini, berarti kekuatannya bisa saja mengerikan seperti Eren (Ok, lihatlah! Eren dapat membuat tempat seperti ini dan dia adalah Warlock!). " Kalian memang sama-sama mengerikan ya, Lucca"

Ia kembali menghela nafas sambil memicingkan matanya gemas. Aku yang melihatnya sampai merinding.

Eren atau Dolerian tidak akan pernah segenit itu padaku. Ingat kan saat ia mengedipkan matanya? Nah, sosok Dolerian tidak pernah seperti itu padaku, ia hanya akan memberikan cengiran atau senyuman menyebalkan padaku dan buka kedipan.

Sebelum atau setelah aku mengenal Dolerian sebagai Eren, dia adalah pria menjengkelkan namun memiliki sikap gentleman. Jadi dia tidak mungkin mengedip padaku atau asal seenaknya duduk berdekatan denganku tanpa meminta izin.

Walaupun itu sepele, karena aku memang sudah waspada pada Eren jadi aku tahu perbedaan itu.

Lalu selanjutnya, seperti yang aku sebutkan, bahwa aku tidak pernah mengucapkan nama Ganeeta atau Arunika padanya. Eren juga terlihat tidak ingin melanggar batas privasi itu walau ia mungkin tahu fakta kemampuanku yang kentara itu.

terakhir, seperti perempuan itu tunjuk, kartu ini tidak bercahaya dan ia seperti meminta tolong untuk bawa kakaknya? Eren?

Aku tidak mengerti itu namun sepertinya aku memahami bahwa Eren tidak di sini.

Jadi, setelah beberapa petunjuk itu dan surat mengerikan kemarin, kusimpulkan itu adalah si Lucca yang mengerikan itu.

" Kenapa kamu keras kepala sekali?"

" Jangan mengelak" kataku tetap tegas. Saat ini aku sudah berada beberapa meter di hadapannya. " Jujur saja, tulisanmu itu mengerikan, Lucca"

" Lucca...lucca...lucca" Sosok Eren itu membeo beberapa kali nama itu. Menggeleng-geleng seakan tidak percaya bahwa aku tidak mengenalnya. " Kamu bahkan tidak ingat nama saya?! Bahkan setelah penganggu itu memberikan penglihatan tentang Aozora?" tanyanya mulai kesal.

Aku mengedikkan bahu, " Untuk apa mengingat nama dari kenangan seseorang? Aozora bahkan mungkin Eren itu tidak pernah sekalipun menyebut namamu saat mereka bersama"

Bisa kulihat wajahnya menjadi mengeras. Membuat penampilannya menjadi lebih tua karena rahangnya mengeras.

" Saya tidak perlu tahu detail itu" ucapnya.

Aku menyeringai, sepertinya hubungan mereka tidak baik. " Baiklah, aku tidak peduli dengan siapa kamu dan bagaimana kamu sampai membuat Eren begini. Kembalikan Eren dan semua beres. Aku tidak akan mengganggu reuni kalian, aku hanya ingin adikku bebas dari kalian"

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Onde histórias criam vida. Descubra agora