CHAPTER 30 - Akhirnya

9 0 0
                                    

Aku terbangun dengan keringat yang membasahi tubuhku walaupun angin di sekitarku berembus sepoi-sepoi.


" Engghh" kataku lelah karena mimpi buruk itu datang lagi.

Mimpi yang terus berulang tentang rumah itu. Lihatlah, butiran keringat benar-benar mengalir deras dari pelipisku.

" Apa kamu bermimpi buruk?"

Aku segera menoleh ke arah kiri kasur empuk ini untuk mendapati Eren dengan pakaian yang sama persis di kenangan itu sedang duduk di sofa empuk berwarna biru.

Tempat ini begitu asing namun terkesan sangat nyaman dan bersih. Dari atas kasur yang sejajar dengan balkon ruangan ini, aku dapat melihat lautan yang sangat biru dengan burung-burung pelikan yang sesekali lewat.

Hembuskan angin yang ternyata berasal dari sana kembali berembus dan membuat perasaanku sangat ringan.

" Apa ini rumahmu, Eren?" tanyaku yang merasa sudah tenang. " Cantik sekali"

" Tentu saja. Tempat ini selalu kujaga bahkan sampai sekarang" Eren berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekatiku. Ia menyentuh tanganku lembut dan membimbingku menuju arah balkon.

Seperti tadi, aku merasa sangat terpukau.

" Sangat indah "bisikku pelan.

Eren mengangguk. " Sayang sekali aku tidak bisa membawamu kesini secara fisik. Jika saja bisa, pasti aku bisa mengajakmu berenang"

Mendengar tutur kata yang ambigu itu, seperti trigger ingatanku akan kejadian sebelum ini seakan memaksa masuk untuk diingat—mengingat bahwa mimpi burukku tadi memang terjadi.

Deru nafasku kembali berpacu cepat dengan bagian-bagian cerita yang terbuka lagi di ingatanku. Eren yang sepertinya tahu tentang reaksi ini padaku segera membawaku duduk dan menungguku tenang lagi.

" Eren—bagaimana dia?" tanyaku merujuk pada pria yang mengerikan itu.

Eren tersenyum. " Tenanglah, walau saat ini rumahku sedang berantakan, tapi aku berhasil memindahkanmu dengan teleportasi milik Aozora"

" Jadi maksudmu... kalian masih bertarung?" tanyaku tak percaya. " Tapi mengapa kamu di sini dan berbicara santai denganku? Bagaimana bisa?"

" Tentu saja dengan sihirku. Memang kamu pikir yang dapat menggandakan diri hanya kamu seorang?" ucap Eren dengan nada menyebalkan—namun kumaklummi. " Aku di sini untuk menemanimu dalam proses perpindahan yang lama ini.. dan secara inisiatif membawa kesadaranmu untuk melihat rumah asliku.."

" Mengapa begitu? Apa teleportasi Aozora juga sepayah dirimu?"

" Ouchh" Eren tampak terluka namun tertawa setelahnya. " Sihir jiwa Aozora lebih hebat dari milikku. Aku berterima kasih karena kamu dapat menarik jiwanya untuk muncul. Jadi, aku bisa meminta bantuan darinya"

Kami sama-sama terdiam. Aku merasa bersalah mengungkit Aozora kembali.

" Kamu tidak perlu merasa bersalah" katanya pelan. "Toh, memang semua sudah terjadi"

" Dan yang paling utama aku membawamu kesini adalah... aku ingin meminta maaf"

" Maaf?" aku menyengit.

" Membawa kamu yang tidak tahu menahu ke polemik ini. Meminta maaf karena kelakuan kakak pertamaku yang tidak bisa melepas adikku bahkan sampai membuat kekacauan di tempatmu. Kamu tahu, itu bukan salahmu, tapi adalah salah kami"

Senyuman Eren melebar saat melihatku menangkap apa yang dibicarakannya. Sedangkan aku hanya mengangguk karena tidak tahu harus membalas apa.

Semua ini kan sudah terjadi, dan tidak bisa diubah.

" Kalian hanya membawa trigger untuk mengaktifkan sukma kami, bukan membuat kami menjadi jahat.. itu hanya keputusan kami" sahutku akhirnya.

" Aku tahu tapi tetap ingin bertanggung jawab" kata Eren. " Itulah cikal bakal mengapa aku membuat kelontong ini..."

" Membantu sebisamu dan menghukum yang kelewatan batas?"

Eren terkekeh. " Apa itu terlihat jelas?"

" Sangat jelas sampai membuatku berpikir kamu kejam" kataku yang dibalas Eren sambil tertawa lepas. " Apa kamu akan membuka kelontongmu lagi?" tanyaku lagi ketika tawa itu sudah mereda.

" Untuk saat ini, aku akan mengurusi kakak pertamaku itu dulu" jawab Eren jujur. " Lalu merapikan semua barangku yang diotak atik olehnya dan beristirahat sebentar"

" Oh..."

" Apa kamu kecewa?"

Aku menggeleng. " Sejujurnya tidak. Tapi mendengarmu akan pergi sementara waktu membuatku, atau mungkin Aozora yang ada di dalam diriku sedih"

" Oh, Kei, bolehkan?" tanya Eren yang terlihat ingin memeluk. Aku hanya mengangguk dan masuk ke dalam pelukkannya. " Tenang saja, setelah semua ini beres, aku akan kembali.."

" Mungkin aku akan membawa mamaku nanti" ucapku pelan. " kamu tahu, keinginan terbesarnya apa kan..."

Eren terkekeh. " Bisa saja. Kita bisa memulai di situ untuk mencarinya" ujarnya menenangkan sampai membuatku memejamkan mata di pelukannya.

Baiklah, Kei Uma... sampai bertemu lagi di Kelontong Bintangku..

Dimana aku dapat membuat harapan paling dalam seseorang terwujud..

Tapi hati-hati, apakah harapan itu yang kamu butuhkan?


-THE END -

14 Romances, Op. 34: No. 14, Vocalise
(For Cello and String Orchestra)



Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Onde histórias criam vida. Descubra agora