CHAPTER 9 - KESEPAKATAN BARU

5 1 0
                                    


Dengan gerakan yang cekatan, Dolerian yang bernama Eren itu meletakan cangkir putih berukiran bunga itu di hadapanku. Wajahnya memberikan guratan sumringah selagi ia duduk di sofa seberangku.

Aku menatapnya yang terus menampilkan senyuman yang lama-lama menyebalkan itu. Aku terus memikirkan apa yang ia bilang tadi, mengaku ia adalah seorang Warlock—atau yang kutahu sebagai penyihir pria,

yang biasanya adalah penyihir jahat.

Dari segi penampilannya, ia tidak tampak berbahaya, namun bisa kurasakan bahwa ia memiliki aura yang tidak bisa dan bisa saja berbahaya--menyimpan berbagai sumber murni yang tidak bisa diremehkan.

Semua itu juga didukung dengan apa yang ada di dalam rumah ini. Karena mataku sudah terbiasa dengan keremangan nya, aku dapat melihat ada banyak sekali lemari yang menyentuh dinding langit-langit dengan warna coklat tua itu.

Di dalamnya terdapat banyak sekali botol-botol berukuran aneh serta cairan menyala ataupun yang hitam pekat. Ada pula tumpukan gulungan kertas yang terlihat masih baru sampai gulungan kertas yang kecoklatan dan beberapa sekat yang berisi... emm seperti potongan binatang yang di awetkan?!

Dan selain itu, tadi saat perjalanan ke ruangan ini, Eren sempat terlihat gusar saat aku hampir memasuki sebuah ruangan di ujung belokkan yang salah aku ambil.

Dolerian yang mengaku bernama Eren ini sungguh mencurigakan!

" Tenang saja, ini tidak mengandung racun" tiba-tiba Eren yang berada di seberangku memulai percakapan. " Jika kamu penasaran.."

Aku mendengus, ia seperti tahu apa yang kupikirkan saja.

" Gue tidak mau berbasa-basi" kataku kemudian, mungkin inilah saatnya, " Gue—"

" Aku kamu..." potongnya

Aku menyerngit" Apa?"

Eren menyungging senyum yang ramah. " Jangan pakai gue atau lo disini. Gunakan salah satu bahasa yang kusuka—dan lebih sopan tentu saja itu adalah aku-kamu—"

" Bukannya yang lebih sopan Anda-Saya?" tanyaku dengan nada yang terganggu.

" ... bahasa yang kusuka" ralatnya dengan penekanan. " Anyway, jika kamu mau ini berhasil. Setidaknya di dalam tuan rumah, kamu perlu belajar untuk tidak merusak aturan"

Hampir saja aku membuka mulutku saking tidak percaya sambil berpikir untuk memberikan jontosan sekali.

" Termasuk menjadi diri sendiri dalam rumahku.." ucapnya lagi.

Tambahan kata dengan nada kalem yang pastinya merujuk ke penampilanku sebagai Ganeeta. Aku benar-benar merasa di balik bungkusan ketenangan Eren, ia masih menyimpan jiwa menyebalkan salah satu samarannya itu!.

" Kenapa gue harus—"

Eren menggeleng. " Aku-Kamu"

" Kenapa aku.." aku menekan ucapanku dengan kesal, " harus mengikuti permintaanmu? Seperti kamu yang katanya sudah mempersiapkan diri untuk bertemu denganku, begitu pula denganku... Eren"

Ia mengangkat bahunya. " Sebagai seorang Warlock aku memang selalu mempersiapkan apapun, bahkan bertemu denganmu. Tapi itu kulakukan karena aku tahu apa yang harus kulakukan, sedangkan kamu... masih terikat dengan emosimu."

Mukaku merona karena ia membahas kejadian tadi.

" Itu bukan sepenuhnya salahku" kataku membela diri. Kutegakkan posisi dudukku dengan mata yang mulai kembali mengintimidasi. " Kamu melewati batas privasiku"

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Where stories live. Discover now