CHAPTER 15 - Wanita Pembawa Badai

4 0 0
                                    

Derap langkah sepatu boots semakin lama semakin keras terdengar dari lorong samping ruang OSIS. Suara langkah itu termasuk suara langkah yang khas karena hanya ada satu murid yang pernah diizinkan menggunakan sepatu boots karena suatu kondisi.

Murid yang baru lulus tahun ini, seorang siswi teladan yang mendapatkan gelar Senior Bunga tahun lalu.


Ginta Permatasari!

Dia dengan terburu-buru membuka pintu ruanganku.

"Kakak!" Diah mendekati mejaku dengan raut wajah tegang bercampur bingung. " Kak Ginta! Ada kak Ginta!"

" Ada apa kakak kemari? Gue kira rapatnya besok sore" tanyaku spontan. Langsung merasa mungkin ini akibat dari yang kemarin aku lakukan dengan aplikasi itu.

" Saya tidak tahu kak, yang jelas sebenarnya dari awal jam istirahat kak Ginta menghubungi saya untuk bertemu kakak secara langsung"

Aku menyimak penjelasan Diah dengan serius. Mengetuk jari-jariku di atas meja. Mempertimbangkan segala kemungkinan sampai akhirnya aku mengangguk.

Aku memang perlu melihat apa yang akan terjadi setelah aku menggunakan aplikasi itu.

" Baiklah.. ajak kak Ginta ke ruang tamu OSIS. Jangan lupa untuk membawa jus mangga kesukaan dia" kataku langsung sambil membereskan mejaku.

Tidak perlu menunggu lama, dari ruanganku aku mendengar suara pintu terbuka dan Diah menyambutnya. Aku menarik nafas sebelum membuka pintu ruanganku-berusaha agar tidak terlihat panik.

" Cantika, akhirnya!" kak Ginta tersenyum lebar saat aku menyambutnya. Ia menjabat tanganku dan menepuk-nepuknya sebelum duduk saat kupersilakan. " Diah bilang lo akan berada disini saat jam istirahat. Maaf mengganggu lo"

Aku balas tersenyum. " Terkadang ada beberapa pekerjaan yang mesti saya urus dulu kak. Apalagi sebentar lagi kegiatan tema Halloween akan diadakan. Saya sungguh senang saat mendengar kak Ginta bakal bantuin kita"

" Wah, lo sudah mempersiapkan itu? Memang enggak ada duanya senior Bunga tahun ini"

Wow! Mendengar pujian itu entah kenapa membuat pipiku bersemu. Kak Ginta sebelumnya tidak pernah menunjukkan pujian-apalagi secara langsung padaku. Seperti yang kubilang, ia termasuk yang ragu memberikan gelarnya padaku.

Tanganku refleks menggenggam iphune lama yang kumasukkan dalam rok. Rasa berdebar kembali menyerangku.

Apa aplikasi ini berhasil?-batinku.

Gila! Ini benar-benar gila. Jika begitu aku berarti aku bisa mengubah hubungan sosial seseorang-bahkan diriku.

Aku dan kak Ginta mengobrol banyak di sepanjang istirahat ini. Perilakunya benar-benar berubah 180 derajat, ia juga meminta maaf padaku karena meragukan perihal-perihal tentang diriku untuk memenuhi tugas sebagai seorang senior Bunga. Ia berjanji akan lebih objektif padaku dan akhirnya ia mau membantu bukan hanya tentang acara, melainkan keseluruhannya.

" Terima kasih bantuannya, kak" kataku senang sampai menjabat tangannya yang ia balas. Versi kak Ginta yang sekarang ini benar-benar membuatku senang. " Jika kakak butuh bantuan saya, pasti jika bisa akan saya bantu"

Kak Ginta mengangguk. " It's Easy, Cantika. Paling untuk bantuan sekarang adalah Gue izin untuk mengikutsertakan Aphrodite dalam kegiatan bulan ini. Seharusnya Delima sudah kasih tahu lo kan?" katanya sambil tersenyum.

Tidak memperhatikan wajahku yang tadinya semringah menjadi kian lesu.

Kenapa kak Ginta masih mikirin itu?

" Kenapa Aphrodite, kak?" tanyaku spontan. Membuat kak Ginta kembali memperhatikanku. " Maaf, maksud saya dia kan di luar OSIS, dan biasanya ini jarang terjadi"

Kak Ginta kelihatan merasa bersalah. " btw, Ini tidak ada hubungannya dengan gelar milikmu, kok. Hanya saja bokap Gue minta dia dimasuki biar merasakan bagaimana menjadi seorang panitia. Gue juga rencananya minta masukin dia ke keanggotaan OSIS buat belajar bareng lo, jadi pas lulus dan masuk universitas Gue sekarang, dia punya bekal untuk jurusan yang dia mau" jelasnya dengan nada memuji yang ditujukan padaku, bahwa aku cocok jadi panutan kerabatnya itu.

Tapi kenyataannya aku tidak begitu terhibur dengan pujiannya. Aku sangat tahu orang tua kak Ginta adalah salah satu donatur sekolah kami. Aku juga mengetahui betapa elite universitas kak Ginta saat ini dan pastinya masa depan yang akan diraih jika berkarya di sana.

Aphrodite akan memiliki semua itu.

Entah kenapa membuatku iri.

" Bagaimana, bisa kan?" tanya kak Ginta lagi, membuatku tersadar. " Gue yakin dia pasti banyak bantu"


Aku membalas tersenyum dan akhirnya mengangguk. " Permintaan kakak pasti saya kabulkan kok. Tim OSIS juga sudah dan pasti setuju, pasti dia akan membantu besar.." kataku.

" Kak Cantika, kak Diah maaf mengganggu. Saya mau mengingatkan bahwa jam istirahat sudah berakhir dari lima menit yang lalu" tiba-tiba Diah muncul dan membungkuk kecil ke arah kami.

" Well, sepertinya ini saatnya Gue pergi" kak Ginta tersenyum puas, " Gue akan kesini besok sesuai jadwal, sampai ketemu"

" Sampai ketemu kak, Diah akan menemani kakak ya, karena tahulah... gerbang ke tangga pas awal-awal bel ditutup biar ga ada yang bolos" senyumku.

Kak Ginta dan Diah mengangguk.

" Gue serahin Aphrodite sama lo ya" senyum kak Ginta sebelum menghilang dari pintu yang tertutup.

Tentu saja kak, serahkan dia sama Gue-batinku tajam sambil berbalik masuk ke ruanganku. Di sana aku menarik paksa iphune lamaku dan membuka aplikasi itu.

" Gue akan mengurusnya" gumamku seperti kesetanan menekan nama murid itu.

Yang sekali lagi, di saat itu aku tidak menyadari ada yang memperhatikanku.

" Sungguh bodoh... super bodoh" gumamnya menatap Cantika yang berapi. " Padahal kukira dia akan menjadi wadah yang bagus untuk mencari dan dipakai. Tapi bagaimana ya, dia lebih suka mainan kecil" lanjutnya sambil mendekati ujung gelas Wine ke bibirnya, menegak apa pun yang ada di sana dengan warna merah.

" Aku jadi penasaran apa yang akan terjadi.."


🌙🧙‍♂️ 🌙 🌙🧙‍♂️
[Bizet]
Carmen Habanera

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang