CHAPTER 13 - THE VEELA

5 0 0
                                    

Kakiku melangkah dengan perasaan berdebar ke arah bangunan rumah yang ada di depanku.


Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini, tapi yang aku tahu aku melewati akses tangga itu ke lantai bawah.

Dan ketika aku melewati gerbang keluarnya, tiba-tiba aku sudah di sini.

Suasana di tempat ini berbeda dengan suasana sekolahku tadi.

Jika tadi aku yakin bahwa masih sore dengan warna senja di langit, di tempat ini aku menemukan hari sudah malam. Rumah itu begitu besar dan bisa kulihat banyak hiasan labu di halamannya.

Tadinya aku mau berbalik dan pergi karena takut. Rasanya ini salah hingga aku mau saja mengikuti isi dari gulungan kertas yang aku bawa ini.

Tapi, nyatanya aku lebih takut karena perjuanganku yang sudah lama menjadi sia-sia. Aku selalu berusaha yang terbaik, tidak neko-neko ataupun merebut sebuah usaha... aku ini berusaha.

" Selamat datang, wahai tamu"

Aku terlonjak kaget saat mendengar sapaan itu dari samping pintu masuk rumah itu. Tepatnya di atas sebuah meja keramik bundar, sesuatu yang entah kenapa tidak bisa kulihat jelas karena ia menyatu dengan gelap malam.

" Emm.. hi?" balasku tidak yakin.

Sesuatu itu terkekeh ramah. " Terima kasih Tamu telah datang kesini. Dengan kehadiranmu, berarti tempat ini telah merasakan sebuah keinginan dari hatimu" ujarnya.

Membuatku menyengit.

" Dia sudah menunggumu. Sebelum itu tolong ambil kartu yang ada di depanku" katanya sambil menyodorkan kartu persegi panjang dengan warna yang sangat cantik.

Aku dapat melihat sebuah bentuk dari pencampuran warna itu. Terlihat siluet seorang wanita berambut panjang yang sedang melentikkan jarinya, di bawahnya tertulis The Veela.

Veela? Apa maksud kartu ini adalah roh hutan super cantik itu?

" Masuklah.."

Bersamaan dengan suaranya, tiba-tiba pintu rumah itu terbuka secara perlahan. Lagi - lagi aku terkejut sampai mundur beberapa langkah. Antara takjub dan ketakutan yang bersamaan.

Dari arah pintu terbuka itu, aku dapat melihat ruangan dalamnya yang memiliki nuansa cerah. Sangat kontras dengan yang ada di luar karena hampir semuanya yang di dalam berwarna pink-warna kesukaanku.

Seperti tersihir, dengan perasaan ringan aku berjalan masuk ke ruang itu. Bau permen kapas seketika masuk ke penciumanku, membuatku langsung nyaman dengan tempat ini.

" Selamat datang!"

Aku menoleh ke arah kiri ketika ada seorang pria tinggi yang keluar dari sana. Ia menggunakan topi tinggi biru yang senada dengan jasnya. Sepatunya yang berwarna pink pun juga muncul dari balik celananya.

Tongkat yang ia pegang diputar putar layaknya pemimpin sirkus.

Ia membungkuk ala gentlemen saat sudah berada di hadapanku. " Sebuah kebahagiaan kelontong Bintangku ini menyambutmu, Nona. Perkenalkan aku Eren De Geova " katanya. Ia memberiku senyum cemerlang sambil memasangkan kembali topinya di atas kepala.

Aku masih belum bisa berbicara karena terpukau dengannya. Ya, aku speechless!

Tampilan orang di depanku ini sangat terlihat sempurna. Wajahnya yang tegas namun memancarkan kelembutan membuatku nyaman.

Ia sepertinya memahami diamku ini. Dengan gerakan lembut ia mengulurkan tangannya ke arahku, menungguku hingga aku menyambut tangannya.

Ketika sudah kusambut, ia kemudian menuntunku ke sebuah ruangan yang lain. Ruangan itu juga bernuansa pink dengan lemari-lemari tinggi yang senada, bisa kulihat berbagai bentuk botol ataupun gulungan kertas disusun dengan sangat cantik.

Kelontong Bintang v.31H [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang