Bag 41. Sound bastard

3K 254 17
                                    

Dua lelaki tampan itu sedang kedapatan jadwal di jam yang sama, mereka kompak melangkahkan kakinya dengan santai menuju kelas masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua lelaki tampan itu sedang kedapatan jadwal di jam yang sama, mereka kompak melangkahkan kakinya dengan santai menuju kelas masing-masing. Melihat mereka yang jalan beriringan dengan ransel digendong sebelah tangan, membuat siapapun yang melihatnya menjadi tidak fokus.

Aroma wangi dari dua manusia tampan itu, semerbak memancarkan keharuman yang gentleman.

"Lo punya tips, barang kali?" tanya Jaxen lalu duduk di kursi panjang, yang ada di depan gedung.

"Hm, gue sendiri juga bingung." Harvey duduk di sebelah lelaki itu. "Mungkin, karena gue sering belajar bareng, Cleo juga baik dan peduli sama gue. Tanpa sadar, perasaan itu datang sendiri."

Jaxen terkekeh pelan. "Lo gombalin setiap hari, mungkin!"

Harvey menggelengkan kepalanya tak terima. "Gue kaku banget soal gituan, ngga sejago Jeremy. Tapi beberapa kejadian mungkin iya."

"Oliv anaknya lebih friendly dari Cleo, tapi cewek seperti Oliv, lah! Yang paling susah didekati!" seru Jaxen. "Mereka menganggap sikap baiknya itu cuma untuk teman, lebih dari itu mustahil bahkan jarang terjadi."

Harvey mengangguk setuju. "Gue tahu!" serunya tiba-tiba. "Mungkin, karena gue terlalu agresif ngebuat Cleo jadi suka sama gue?" tebaknya.

"Gila, lo! Kalau gue ngikutin cara lo, yang ada muka ganteng gue bonyok sama Oliv!"

"Lo coba aja, one night stand sama dia. Mungkin setelahnya dia langsung jatuh cinta sama lo." Harvey menepuk pundak lelaki itu singkat, lalu beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya meninggalkan lelaki itu sendirian.

"Anjing! Sesat, lo!" seru Jaxen lalu menggelengkan kepalanya heran.

Harvey hanya tersenyum dengan sudut bibirnya yang terukir tipis, lalu mempercepat langkahnya menuju kelas. Tapi, begitu kakinya sampai diambang pintu, seseorang menahan geraknya dengan berdiri di depannya.

Di hari yang cerah ini, Juliette masih terus mengganggu dirinya.

"Dosennya ngga masuk, beliau ninggalin catatan dan nyuruh dua orang untuk membentuk kelompok. Semua udah kebagian, dan cuma kita yang tersisa."

Harvey tak bergeming pada ucapannya, sekilas iris matanya melirik ke dalam ruangan. Ternyata tidak ada mahasiswa di dalamnya, dan sebuah notifikasi pesan baru saja masuk ke handphone-nya—dia membukanya, lalu membaca pengumuman itu.

Harvey tersenyum dengan sudut bibirnya, mengikis jaraknya hingga membuat wanita itu terdorong masuk ke dalam. Dengan seringai tajamnya, dia terus memojokkan wanita itu sampai berhenti di sudut meja.

Juliette sampai tak berkedip dengan mulutnya yang sedikit terbuka karena perilaku mengejutkan Harvey.

"Lo siapa? Dan apa tujuan lo?" tanya Harvey dengan suara rendahnya dan sorot matanya yang mengintimidasi.

Belenggu | Haruto ✔Where stories live. Discover now