Empat

10.5K 503 6
                                    

Happy🕊️Reading

Dengan langkah tergesa, gadis itu keluar dari gedung kampus menuju parkiran. Matanya mengedar mencari seorang wanita berambut sebahu.

"Mana sih tuh anak?" Gumam Sila sembari matanya menyipit sebab beradu dengan raja siang.

"Woy!" Seseorang menepuk bahunya dari belakang.

Sila segera berbalik dan tersenyum lebar. Kedua tangannya menghambur merengkuh gadis itu, "Miaa!! Sumpah, lo banyak berubah!"

Netra Mia tak kalah antusiasnya, "gue kangen banget sama lo!" Mia menyugar poninya, "lagian sok artis banget sih pake ngilang segala."

Sila mengendikkan bahu, "bilang aja kalau lo nyariin gue."

"Yaiyalah," sewot Mia, "mana pindah ga ngabarin lagi."

Mia. Dia adalah gadis seumuran Sila yang sempat menjadi sahabatnya dulu. Karena Mia pernah mengikuti kelas Akselerasi, jadilah tingkat kelas gadis itu setahun diatas Sila.

Mia dan Sila bertemu saat acara pernikahan kakak Rio, mereka menjadi dekat saat Sila ikut ke Dufan bersama Rio dan para sepupunya. Ya, Mia adalah satu-satunya sepupu cewek Rio yang sangat akrab dengan Sila.

"Gimana karir lo? Denger-denger udah punya bisnis sendiri," ujarnya setelah masuk kedalam mobil Mia.

Mia menyalakan mesin, "masih merintis, baru juga setahun." Jawabnya, "kemana nih kita? Gue pengen sushi."

Mobil melaju sesuai intruksi Sila. Banyak yang ingin mereka bicarakan, tiga tahun adalah waktu terpisah yang sangat panjang bagi mereka.

* * *

"Jadi gimana? Udah dapet pengganti Rio?" Tembak Mia.

Urung melahap Sushi, gadis itu merotasi matanya malas, "umur gue terlalu berharga buat bahas cinta-cintaan."

Mia tertawa lepas, "sejak kapan si barbar jadi bijak, hah? Asli bukan lo banget."

Sila mengendikkan bahu, "namanya juga hidup, makin dewasa makin berubah."

"Bener," Mia mengangguk, "tapi lo masih belum dewasa, Sil. Buktinya lo lari dari masalah."

Sila berpikir sejenak, "bukan lari dari masalah. Tapi gue mencari ketenangan."

"Terus? Kenapa ga mau balik Jakarta?" Mia tau info ini dari Brandon. Lelaki itu memohon pada Mia untuk membujuk Sila agar kembali ke ibu kota.

Mia mencium bau-bau cowok jatuh cinta tapi ga kuat LDR.

"Karena gue nyaman disini."

"No," sahut Mia, "Lo akan keinget semua masa lalu kalau balik Jakarta."

Sila bungkam membenarkan ucapan Mia.

"Dengan tetap di Surabaya itu artinya lo tetap lari dari kenyataan," Mia mulai ceramah, "gue denger lo juga gapernah pulang ke Jakarta? Why?"

Sila menghembuskan nafas, "Mi, ini ga se simple yang lo tau."

"Tapi juga ga seribet yang lo pikir." Mia meletakkan sumpitnya, "singkatnya, karena lo ga mau keinget sama semua kenangan pahit. Lo terpaksa pindah ke luar kota. Dan saat disini lo memutus hubungan dengan siapapun yang dekat dengan Rio untuk bisa move on. Namun nyatanya, lo ga akan pernah bisa move on kalau terus lari dari kenyataan, karena saat lo lihat dia lagi, semua kenangan itu akan ada."

You Are My DestinyWhere stories live. Discover now