tiga belas

7.7K 410 18
                                    

Kecepetan ga sih, baru part tiga belas tapi udah bikin mereka ngobrol bareng lagi?

Tapi jujur, kangen bgt sama mereka yg dulu:')















Happy🕊️Reading








Rio mengembalikan buku menu setelah pesanan mereka dicatat oleh waitress. Wanita berseragam formal itu segera pergi menyisakan mereka berdua dalam canggung.

Hening meraja, sepi meratu.

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Rio membuka suara lebih dulu.

"Gimana kabar kamu?"

"Seperti yang lo liat, gue selalu baik." Jawab Sila.

"Gimana tiga tahun terakhir?" Rio menaikkan alisnya, "kalau di inget lagi udah hampir empat tahun kita ga pernah ngobrol gini."

"Tiga tahun terakhir? Maksud lo kuliah gue? Baik sih, berjalan lancar," Sila menyelipkan anak rambutnya, "iya, udah hampir empat tahun. Ga kerasa ya."

"Kalau aku berasa banget lah," lirih Rio, "ga ada yang berjalan baik selama ini."

"Bentar," sela Sila, "kenapa ga pakai lo gue aja sih? Kita ini temen doang loh," Sila merasa di spesialkan jika di panggil dengan sebutan kamu.

"Aku masih inget gimana susahnya ngebujuk kamu cuma pengen denger kita pakai aku-kamu an. Jadi kayak sayang banget kalau mau ilangin sebutan itu. Berjuang nya susah."

Sila terkekeh, "ya ampun jaman gue SMA. Lagian pakai lo gue lebih enak, berasa akrab sama semua orang."

"Itu hak kamu," kata Rio, "aku mau tetep panggil kamu kayak gini."

"Iyadeh terserah," ucapan Sila terhenti saat pelayan mengatakan makanan di meja mereka, "btw lo udah punya anak ya?" Tanya Sila setelah pelayan itu pergi, "siapa namanya?? Nayli??"

"Railey," ralat Rio.

"Oh iya Railey, umur berapa?" Inilah Sila, gadis humble yang gampang bersosialisasi dan mencairkan suasana.

"Tiga tahun setengah." Jawab Rio.

Kunyahan Sila melambat, "berarti begitu nikah langsung dapet anak ya, kerja cepat, haha," tawanya sumbang.

"Ga seperti yang lo pikir sih," ujar Rio. Ia sedang mencari waktu yang tepat untuk bercerita.

"Gitu ya? Gimana Auris, sehat? Kalau dia tau kita makan malem gini apa ga marah?" Sila meringis, "gue ga mau disebut pelakor."

Rio terkekeh, "muka kamu emang cocok jadi pelakor sih, Sil."

Sila tersenyum penuh, "mirip Ariana Grande begini lo bilang muka pelakor? Mata lo mulai ga beres kayaknya."

Lagi-lagi Rio tertawa. Sila berasa jadi lawak di depan cowok itu.

"Enak banget lo haha hihi dari tadi, gue yang lo nista in," cibir gadis itu lalu melahap steaknya dengan kasar.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang