dua puluh sembilan

4.9K 265 8
                                    

Masih inget anak divisi keuangan kan? Angga, Ilham, Vina, Mona, Lani, Anya Edo dan mbak Gista.

Selamat menikmati kebersamaan merekaaa🤗











Happy🕊️Reading






Pagi ini mendung gelap, jam menunjukkan pukul sembilan tapi matahari masih enggan menunjukkan sinarnya.

Sila masuk dengan langkah tergesa, menekan lift berkali-kali berharap agar segera terbuka. Gadis itu mengecek arlojinya lagi, karena sudah pasti untuk rapat pagi ini Sila terlambat.

Gadis itu menghembuskan nafas berusaha menangkan diri sebelum mengetuk pintu ruang rapat yang tertutup.

Nadia membukakan pintu, Rio yang berdiri di depan layar proyektor memandang Sila lurus. Gadis itu tersenyum dengan wajah khawatir.

"Yang ditunggu akhirnya datang, Silahkan duduk." Sambut Rio.

Huft, hampir saja. Sila kira Rio akan memakinya.

Sila mendengarkan penjelasan itu, namun Ia tidak paham sama sekali.

"Pak Rexy,  ini penjelasan profit Minggu kapan?" Tanya Sila pada ketua pemasaran yang duduk disampingnya.

"Minggu ini."

"Lho, bukannya Minggu lalu?"

Pak Rexy berdecak, "yang minggu lalu kan udah dibahas Selasa kemarin, lupa?"

Mata Sila hampir lolos keluar
Selasa kemarin Ia menyuruh Vina menggantikan dirinya rapat karena Sila tidak bisa hadir. Setelah rapat, Vina juga menginfokan ke Sila bahwa hari ini Ia akan dimintai laporan mingguan. Namun dengan bodohnya, Sila melupakan tugasnya itu.



"Bisa saya lihat laporannya, Sil? Saya tunggu sampai pagi ini kamu juga belum kirim email."

Mampus.

Semua orang memandangnya. Ya, memandang Sila yang tidak becus.


"Belum selesai, pak." Jujur, mau apa lagi?

"Belum selesai?" Ulang Rio tak percaya, "apa waktu satu Minggu kurang untuk menyelesaikan laporan keuangan mingguan?"

Suasana hening.

"Selasa kemarin nggak ikut rapat, tadi telat, sekarang laporan belum selesai? Kenapa kamu?" Rio menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Maaf, pak."

"Maaf kamu tidak menyelesaikan masalah. Saya udah berkali-kali ngasih kamu toleransi tapi kayak gini," Rio mengendus, "dikasih hati malah dibuat se enaknya sendiri."

Sila diam, tidak berani menatap Rio.

"Saya nggak mau tau, sebelum jam pulang kantor laporan itu harus sudah masuk di email saya, dan berkasnya harus ada di meja saya. Paham?!"

"Baik, pak."

Rio berlalu meninggalkan ruang rapat beriringan dengan Sila meletakkan kepalanya dimeja sembari menghela nafas panjang.




* * *




"Kok bisa lupa si, bos?" Angga menyodorkan segelas es teh untuk Sila, "nih, minum dulu."

Bahkan hingga saat istirahat seperti ini, Sila rela membawa laptop nya ke kantin demi tetap kerja.

Kurang teladan apa coba?

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang