sebelas

8.1K 456 14
                                    

Jadi semangat update karena komen kalian. Mood bgt🥰
Makasihhh banyaaakkkk yaaa💕

















Sila masuk kedalam kantor barunya dengan wajah ditekuk, melewati resepsionis tanpa menyapanya. Tak ada raut ramah di wajah cewek itu.

"Kak Sila!" Panggil resepsionis yang Sila temui saat interview kemarin.

Sila menoleh kebelakang, "iya?"

"Ada pesan dari pak Rio, disuruh ke ruangannya dulu. Beliau mau jelasin cara kerja sama kasih tau ruangan kak Sila."

Gadis dengan jas coklat muda itu hanya mengangguk sebagai jawaban dan kembali berjalan.

"Tau ruangan pak Rio?" Sila memberhentikan langkahnya lagi dan menggeleng, "lantai paling atas. Pakai lift yang ini aja."

Sila menurut dengan mulut yang terkatup. Pasrah akan keadaan. Dimana-mana pegawai nurut sama atasan, Sila ga bisa se enaknya sendiri.

Sila masuk kedalam lift dan menekan tombol paling atas, tak butuh waktu lama besi itu terbuka yang langsung menghadapkan Sila dengan ruangan megah bertuliskan CEO's Room.

Gadis itu menarik nafas dan menghembuskannya, berusaha menenangkan diri, "oke, Sil. Tunjukin kalau lo bisa." 

Sila menghampiri ruangan sekertaris Rio lebih dulu agar mendapat ijin masuk, "atas nama Prisila Ananta."

Lelaki dengan nametag Brian itu mengangguk dan segera membukakan pintu, "silahkan, sudah ditunggu."

Gadis itu melangkahkan kaki kedalam ruangan sangat luas yang dikelilingi kaca, menampilkan gedung pencakar langit yang berebut tempat paling tinggi.

Sila membasahi bibir bawahnya menatap punggung Rio yang sedang asik mengamati keadaan diluar dengan kedua tangan tertaut di belakang.

Sial! Jantung Sila suporteran.

"Silahkan duduk," ucap Rio tanpa mengubah posisinya.

Gadis itu mendudukkan diri di sofa tanpa berniat berbicara. Dua menit berselang barulah Rio mendatanginya dan membawa beberapa berkas.

"Karena kamu belum memiliki pengalaman, saya harus mengajari beberapa hal," Rio membuka iPad-nya.

Sila menyimak segala penjelasan Rio dengan baik, matanya terus tertuju pada iPad menghindari bertemu tatap dengan Rio.

"Sampai sini paham?" Rio menegak menatap Sila lamat.

"Paham," cicit Sila menatap segala arah asal bukan manik cowok itu.

"Kalau di ajak bicara itu tatap mata saya," Rio menyenderkan punggung ke sofa.

Sila menekuk bibirnya sebal lalu berusaha tersenyum paksa, "saya.paham." ujarnya penuh penekanan.

Rio mengangguk, "bagus. Kamu juga harus tau beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar di perusahaan ini."

Sila mengangkat sebelah alisnya.

"Pertama, tidak ada toleransi terlambat walaupun lima menit. Kedua, balik dari istirahat tepat waktu. Ketiga, pulang sesuai jam kantor yang ditentukan, tidak ada pulang lebih awal," ujar Rio dengan wajah songongnya.

Sila cengo. Berasa kerja sama Hitler ya? Kejem banget.

"Saya akan memberi banyak bonus untuk pegawai yang taat peraturan dan lembur di kantor. Sebaliknya, saya juga tidak segan untuk potong gaji pegawai yang melanggar peraturan," Rio berusaha menahan gemasnya melihat respon Sila, "sampai sini ada yang ditanyakan?"

You Are My DestinyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum