empat puluh enam

4.9K 258 3
                                    

Beberapa part menuju ending😍







Happyreading







Pagi-pagi sekali, Sila sudah berada di rumah bunda untuk memasak sarapan. Sudah lama bunda tidak makan masakannya, memang rasanya tidak se enak buatan bunda, tapi setidaknya hal ini bisa meringankan tugas wanita itu.

Sila mulai berkutat dengan bumbu dapur yang Ia beli sebelum kesini, rencananya pagi ini Ia akan menyajikan ayam mentega favorit Raka, tumis kangkung kesukaan bunda dan orek tempe cabai rawit yang digemari ayah.

Raka dengan wajah bantalnya masuk ke dapur, sempat terkejut melihat kakaknya di dalam sana, "perasaan mbak Tini nggak masuk kalau hari minggu."

Sila menipiskan bibirnya, enggan menjawab.

Raka mendekat menyentuh kening kakaknya, "oh anget. Pantes."

"Tangan lo yang dingin," Sila memasukkan tumisan bawang ke dalam minyak panas, mengeluarkan aroma yang cukup menggoda.

Raka melipat kedua tangannya di depan dada, "aneh banget pagi-pagi udah kesini, " mata cowok itu memicing. "Berusaha ngambil hati ayah nih pasti."

Sila berdecak, "gue juga bisa tulus tau, emang elo."

Raka menuangkan air ke dalam gelas sembari tertawa. "Ntar malem kemana? Jalan yuk?"

Ini bukan kali pertama Raka mengajaknya keluar, "boleh. Kemana dulu nih?"

"Ada cafe baru, view-nya bagus, makanannya juga enak. Mau coba kesana?"

"Kalau ngajak berarti di bayarin kan?"

Raka berdecak, "kebiasaan lu, demen gratisan."

"Kan lo yang ngajak, berarti lo yang bayar."

"Serah," Raka berdecak, "mau nggak?"

"YA MAU DONG!"

"Awas aja kalau tiba-tiba dibatalin."

"Pada mau kemana emang?" Bunda datang, hatinya bahagia mendapati dua anaknya ada dirumah.

"Ke cafe, bunda ikut juga yuk?" Raka emang hobi ngajak keluar orang rumah.

"Nanti malem bu Rina mau kesini, udah janji juga sama bunda," Bu Rina adalah sahabat bunda yang selalu giat bertamu ke rumah, "oh iya, Bu Rina nanyain kamu loh, Ka. Nggak pernah keliatan katanya."

"Raka dicengin ibu-ibu," Sila tertawa lepas membuat Raka mengeram sebal.

"Apasih kak?!"

"Muka lo kayak bapak-bapak. Jadi banyak ibu-ibu yang demen," Sila masih tertawa meledek adiknya.

Raka mencolek mentega lalu mengoleskannya di pipi Sila. Mana banyak lagi.

"Raka!" Sila yang tak terima juga melakukan hal serupa.

Raka yang tau niat kakaknya, segera berlari keluar dari dapur, "jangan lari lo!"

"Salah sendiri ngeledek," ujar Raka sambil lari.

Tidak peduli berapa umur mereka. Dua bocah itu tetap anak kecil kalau berada di rumah bunda.

Sila berhenti di ujung sofa, "sini nggak lo!"

Raka di ujung yang lain menjulurkan lidah, "udah tua nggak usah sok lari-larian."

"Sini gue bilang!" Sila kembali mengejar adiknya itu.

Saat aksi kejar-kejaran sedang sengit, Fajar tiba-tiba membuka pintu kamar membuat Sila berdiri mematung. Raka yang menyadari keadaan menjadi dingin, ikut berhenti.

You Are My DestinyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant