empat puluh delapan

7K 261 14
                                    

Happyreading









Bicara soal love language. Rio adalah si paling receiving gift. Cowok itu tidak pernah pelit memberikan apa yang pasangannya mau. Berapapun harganya jika membuat pacarnya bahagia, pasti di tebus.

Contohnya seperti malam ini.

Rio merogoh uang yang tidak sedikit untuk ukuran pesta ulang tahun yang hanya di hadiri keluarga dan teman dekat saja. Bahkan, cowok itu tidak mengundang kolega bisnisnya sama sekali.

Malam ini, Rio ingin privasi. Hanya diririnya, keluarganya dan Sila.

"Sil," Rio menepuk pelan lengan Sila, "bangun yuk, udah nyampe."

Sila mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya, "aku tidur lama banget?"

"Tiga jam."

Gadis itu menegak, "serius tiga jam? Jam berapa sekarang?"

"Jam dua belas."

Sila mengamati sekeliling, "kok disini?"

"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat," Rio mengeluarkan kain hitam, "tapi matanya aku tutup dulu."

Sila mengernyit, "kenapa harus di tutup."

Rio hanya menaik turunkan alisnya, "percaya sama aku kan?"

"Percaya," Lirihnya.

"Oke kalau gitu jangan dibuka," Rio menutup mata Sila dengan kain hitam, "jangan ngintip."

Sila pasrah, "kamu nggak bakal aneh-aneh kan?"

Rio membalasnya dengan kekehan singkat. Lelaki itu memutar kemudinya lalu memarkirkan mobil di area restoran.








* * *








"Hati-hati makan eskrimnya. Nanti kena baju," Keynan mengusap bibir Railey dengan tisu. "belepotan banget."

"Tadi om Keynan janji beliin dua," gadis itu cemberut. "kok cuma satu."

"Sama papa Rio nggak boleh banyak-banyak."

"Ih, kan papa nggak ada, nggak bakalan tau juga."

Nilo melirik, "nanti aku aduin kalau kamu makan eskrim banyak-banyak."

"Dih, Cepu," Railey menjulurkan lidahnya.

Keynan terkekeh melihat reaksi mereka, "tuh liat, grandpa dateng." Keynan berdiri menyambut om Hamzi.

"Waduh, udah rame aja ternyata. Saya telat nih?" Sapa lelaki paruh baya itu.

"Enggak kok, om. Rio juga belum dateng."

"OM HAMZIIIII," Mia mendekat dan menyalami pamannya, "makin tua makin ganteng aja nih."

"Woaaah, sembarangan ngatain om Hamzi tua," kompor Daman, "bukan tua ya om, tapi grow old."

"Sama aja," Mia mendorong Daman penuh dendam hingga lelaki itu nyaris tersungkur.

"Gue salah apa?" Daman memelas, "tadi kolor gua lo umpetin, sekarang main dorong-dorongan."

Mia melengos.

Om Hamzi menatap mereka berdua, "Kalian berantem terus, apa dinikahin aja biar akur?"

"Ogah!"

"Amit-amit."

"Jangan lah, om." Seruan Keynan menyita perhatian.

Om Hamzi mengernyit, "kenapa jangan, Keynan?"

You Are My DestinyWhere stories live. Discover now