enam belas

7.7K 376 10
                                    

Part ini deep talk bangettt. Karena aku rasa komunikasi antara dua orang itu penting.
Semoga kalian bisa mendengarkan uneg2 mereka dengan baik🥰









Happy 🕊️ Reading







Benar apa yang dikatakan Keynan. Jika Rio tidak gerak dari sekarang, Ia akan kehilangan Sila.

Tapi mau gerak dari mana? Rio sudah kecolongan start jauh sebelum dia mulai. Lihatlah Sila yang semakin hari semakin dekat dengan Brandon.

Rio tau, Brandon adalah sahabatnya sejak SMA. Brandon juga teman setia bahkan kolega bisnisnya hingga saat ini. Tapi bagaimanapun berjuang untuk mendapatkan cewek itu adalah hal lain. Rio tidak akan membenci Brandon jika lelaki itu yang mendapatkan hati Sila.

Tapi bagi Rio, sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan untuk menikung.

Jadi ga salah kan dia juga berjuang buat dapetin Sila lagi?





Ya walaupun kesannya kayak cowok ga tau diri sih.





Rio mengangkat gagang telponnya lalu menekan angka 8. Tak butuh waktu lama untuk terangkat, "Sil, bisa ke ruangan aku sekarang?"

"Ya Tuhaaan. Kenapa sih? Baru aja gue mau cari makan. Lagi break masih disuruh kerja juga?"  Cuma Sila yang berani gini sama atasan.

"Yaudah sih, break disini sama aku. Ada yang harus dibahas ini, laporan kamu ada yang salah." Alibi Rio.

"Hah? Salah? Gamungkin sumpah. Sejak gue lahir sampe sekarang, gue ga pernah salah kalau ngitung duit. Coba lo itung lagi, gue yakin lo kurang teliti."

Rio menarik sudut bibirnya, "makannya cepetan kesini kamu lihat sendiri."

"Terus gue makan apa?" Bagi Sila, masalah perut tidak boleh terlewat.

Lelaki itu menghembuskan nafas, "aku pesenin pizza."

"Oke bos, saya kesana sekarang." Giliran makan aja manggil bos, tadi lo gue lo gue.

Panggilan di tutup dan Rio tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum. Kembali berteman dengan Sila adalah hal yang mudah, namun mendapatkan kembali hati gadis itu pasti susah bukan main, Rio yakin.

Ga pernah punya salah aja, mau dapet hati Sila susahnya setengah mati, apalagi kalau sudah pernah meninggalkan luka di hati gadis itu, pasti butuh tenaga lebih ekstra lagi.

Tapi gapapa, Rio bakal usaha apapun demi Sila.








Pintu di ketuk dan terbuka setelah Rio memberikan jawaban dari dalam.

"Bener laporannya salah? Yang mana? Hari apa?" Sila yakin hasil perhitungannya tak mungkin meleset.

"Duduk dulu," kata Rio, "lagian aku ga bakalan marah walaupun kamu salah hitung."

"Gue cuma ga percaya aja kalau gue bisa salah ngitung. Jiwa keuangan gue ini gede banget loh, jangan ngeraguin."

"Coba kamu lihat laporan kemarin lusa, kolom ketiga salah itu," Rio memberikan iPad nya pada Sila.

"Kolom ketiga...." Gadis itu meneliti, "yang ini? Ya ampun iyaaa salah. Maaf ya, gue benerin secepatnya."

"Santai," jawab Rio, "lo boleh revisi di rumah dan kasih ke gue besok. Ga usah lembur di kantor."

"Duh baik banget sih bos gue, tadi pagi sarapan bubur ya, makannya sekarang lembut banget." Ujar Sila dengan watadosnya.

Rio terkekeh singkat, "Sil, boleh tanya sesuatu nggak?"

You Are My DestinyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum