Sembilan

8.5K 482 8
                                    

Udah banyak stok bab di draft, jadi bakal sering update🥰













Happy🕊️Reading

Rio membaca satu persatu surel yang masuk di emailnya. Dia selalu menyeleksi sendiri siapapun yang ingin bekerja di kantornya. Terdapat hampir empat puluh surat lamaran kerja yang masuk, Rio sampai rela lembur dirumah saat hari libur seperti ini.

"Papa, aku mau bobo. Bacain dongeng," rengek bocah cantik berumur tiga tahun itu.

"Sama bi Asih aja ya," Rio masih fokus pada laptopnya.

Garis wajahnya menurun, "papah jahat!" Railey mulai menangis, "papah nggak sayang Railey."

Rio menghembuskan nafas pelan, "Railey sayang, papah masih ada kerjaan. Tuh banyak banget, harus cepat di selesaiin."

Tidak peduli ucapan sang papah, tangisan Railey semakin kencang. Terpaksa Rio membawa bocah itu ke gendongannya, "kalau nangis cantiknya luntur loh. Nanti jadi jelek, mau?" Rio mengusap pelan rambut anaknya.

Railey menghentikan tangis dan merangkul leher Rio, "jangan kerja terus. Nanti Railey sama siapa? Kan Railey cuma punya papah."

Ucapan andalan Railey yang mampu membuat Rio diam seribu bahasa. Bocah yang masih berusia tiga tahun itu selalu berhasil membuat Rio luluh.

Railey, si manja yang selalu kesepian.




Rio menurukan Railey dari gendongan ke atas ranjang bewarna pink miliknya, menarik selimut dan mulai mendudukkan diri sembari membacakan dongeng untuk sang anak.

Tak butuh waktu lama, Railey sudah masuk ke dalam alam mimpinya. Rio menutup buku dongeng dan meletakkannya di atas nakas.

Matanya menatap lamat wajah damai Railey. Gadis ini benar-benar mirip seperti ibunya, Auristella. Andai nasib Railey secantik parasnya, mungkin Rio tidak akan pernah kenal Railey seumur hidupnya.

Rio menuruni tangga tak sengaja bertemu tatap dengan bi Asih, "Railey udah tidur?"

Lelaki itu mengangguk, "bikinin kopi kayak biasanya ya, bi. Anter ke ruangan kerja saya."

Bi Asih sedikit merunduk, "baik."

Rio kembali berkutat dengan laptopnya. Lebih dari setengah surel sudah dibaca dan Ia mendapatkan tiga kandidat yang akan diseleksi lagi setelah ini.

Bi Asih datang dengan kopi dan camilan di atas nampan lantas meletakkannya di meja.

"Makasih, ya, bi." Ujar Rio tanpa mengalihkan fokusnya dari laptop.

Wanita berusia lima puluhan itu mengangguk dan bergegas keluar.

Rio memperkerjakan beberapa orang dirumah ini. Namun untuk urusan Railey hanya Rio percayakan pada bi Asih. Maklum, Railey sangat keras kepala dan susah di atur. Hanya bi Asih yang sabar dan bisa mendapatkan hati putrinya dengan mudah.

Lelaki itu menyeruput kopi dan membuka surel selanjutnya. Pergerakannya terhenti saat membaca nama yang tak asing. Rio membaca surat itu lebih detail dan melihat lampiran foto di pojok bawah, bibirnya tertarik penuh saat melihat wajah itu.

You Are My DestinyWhere stories live. Discover now