empat puluh satu

5.3K 278 8
                                    

Happyreading 🕊️







Siang di hari Minggu. Rio mengundang Keynan datang ke rumahnya untuk membahas banyak hal. Bagi Rio hanya Keynan yang bisa diandalkan untuk setiap masalahnya.

Lelaki itu menceritakan perihal ayah Sila pada Keynan, juga tentang bagaimana menjelaskan ke Railey tanpa menyakiti hati gadis itu.

"Wait," ujar Keynan, "Lo mau nikahin Sila kapan? Dalam waktu dekat?"

"Iya," jawab Rio, "gue rasa udah saatnya kita serius."

"Kalau masalah Railey sih nggak perlu terlalu lo pikirin, dia masih kecil. Bisa di bujuk," saran Keynan.

"Gue nggak mau dia gue sedih," Rio mengitari bibir cangkir dengan jarinya.

Keynan terkekeh singkat, "cepat atau lambat Railey bakal tau kalau lo sama Auris udah cerai. So, sedih ataupun nggak dia harus terima. Ini hidup."

Masuk akal, tapi tetep aja Rio nggak tega.

"Malah bagi gue ngadepin bokap Sila lebih horor dari Railey," kali ini Keynan tertawa, "semangat lah, kan yang ini mau nikah beneran."

"Emang yang kemarin gue nikah bohongan?" Sewot Rio.

"Bukan bohongan, tapi lebih tepatnya nggak diharapkan."

Rio tidak menanggapi ucapan Keynan dan memilih mengganti topik, "gimana ya biar Railey ngerti kata cerai? Pasti dia nggak paham."

"Railey paham kok, pa," gadis yang sejak tadi nguping di balik pintu kini menampakkan wujudnya, "orang tuanya Kia juga cerai."

"Kia sendiri yang cerita ke Railey," gadis itu mendekat dengan mata berkaca-kaca, "kata Kia, cerai itu berarti papa sama mama nya udah nggak bisa pelukan lagi. Mereka berpisah...

...untuk selamanya."

Railey menatap Keynan dan Rio bergantian, "papa sama mama juga mau cerai? Apa Railey bakal tinggal di rumah nenek kayak Kia?"

Rio paham Kia adalah sahabat Railey di tempat les piano, tapi Rio terkejut saat Railey tau semua ini dari anak yang usianya lebih tua dua tahun dari putrinya.

"Siapa nenek Railey? GrandNa sudah meninggal kan? Papa pernah bawa Railey ke makam GrandNa dan ibunya," maksud Railey adalah Erna dan Nyonya besar Mahendra.

Rio memggaruk tengkuknya lalu menunduk mensejajarkan tingginya dengan Railey, "sayang, sejak kapan kamu dengerin percakapan kita?"

"Sejak om Keynan bilang kalau papa bakal nikah sama Kak Sila dalam waktu dekat," gadis itu menahan tangis berusaha kuat, "papa sayang kak Sila?"

"Railey—"

"Papa sayang kak Sila atau sayang Railey?"

Keynan dan Rio saling tatap, "papa sayang kalian berdua."

"Oke," Railey mengangguk, "kalau gitu kenapa papa nggak sayang mama juga? Kan bisa sayang bertiga."

Keynan meringis menatap Rio, ngajarin poligami nih anak?

"Ehmm.." Rio kebingungan, "Railey. Mama sama papa nggak bisa sayang lagi, jadi papa cuma bisa sayang Railey sama Kak Sila."

"Kenapa?"

Keynan segera membawa Railey kedalam gendongannya sebelum tangis gadis itu pecah, "karena banyak hal. Jadi dewasa itu rumit sayang. Banyak hal yang nggak sesuai dengan harapan kita."

Gadis itu mulai tersedu di bahu Keynan.

"Railey tau Ken sama Barbie?" Tanya Keynan yang di angguki gadis di gendongannya, "kamu juga pasti tau Jasmine dan Aladin kan?"

You Are My DestinyWhere stories live. Discover now