e m p a t p u l u h s a t u

3.2K 282 171
                                    

• H A P P Y  R E A D I N G •

Pagi-pagi di Sma Lentera Intelegency mulai heboh karena ada berita soal Ajeng yang meninggal malam tadi. Entah bagaimana kronologinya, ini membuat mereka kaget.

"Ikut gua"

"Pelan-pelan dong" balas Nada yang sedikit memberontak.

Azka menarik Nada ke belakang sekolah. Dirinya menggenggam tangan Nada dengan kuat, sampai meninggalkan bekas merah di pengelangan tangan Nada.

"Lo bisa pelan-pelan gak sih, sakit tau!" kesal Nada yang terus memberontak.

Murid-murid yang berlalu-lalang di kolidor sedikit kebingungan melihat mereka berdua. Azka berjalan dengan cepat menuju belakang sekolah. Setelah sampai, Azka langsung melepaskan genggamannya dengan kasar.

"Lo kenapa sih?"

"Gak usah sok polos, lo apain Ajeng kemarin?" tanya Azka sambil menahan amarahnya.

"Maksud lo?"

"Gak usah pura-pura gak tau bangsat, lo apain Ajeng kemarin?" tanya Azka kembali.

"Gua gak tau maksud lo apaan, tapi gua gak ngapa-ngapain Ajeng" jawab Nada dengan yakin.

"Jawab aja dengan jujur, jangan sampe gua mukul lo untuk yang kedua kalinya" tegas Azka yang masih sabar dengan ucapan Nada.

"Gua udah jujur, gua gak ngapa-ngapain Ajeng. Kemaren juga gua gak ketemu sama cewek lo itu!" geram Nada yang moal emosi.

"Lo gak usah bohong anjing, lo tinggal jujur aja apa susah nya!" kesal Azka yang masih menahan amarahnya.

"Lo ngerti bahasa manusia kan? Gua udah bilang, kemaren gua gak ketemu Ajeng sama sekali!" balas Nada. Napasnya sudah memburu,  dirinya sangat kesal dengan Azka.

"JAWAB AJA, LO APAIN AJENG BANGSAT?!" teriak Azka yang sudah emosi, dirinya sangat ingin memukul wanita di depannya ini tapi ia kurung.

Murid-murid yang mendengar teriakan Azka barusan, langsung berlari ke belakang sekolah. Kini para murid sedang menyaksikan dua manusia ini, entah apa itu permasalahannya.

"Lo sama sekali gak berubah, sekalinya pembunuh lo tetep aja pembunuh!" tegas Azka sambil menekan kata-katanya.

"Lo gila? Gua udah bilang, gua gak ketemu Ajeng. Lo budeg apa gimana sih?" tanya Nada yang kesal.

"Ajeng meninggal gara-gara lo!" teriak Azka tepat di depan wajah Nada.

Nada sontak kaget, apa maksudnya? Ajeng meninggal gara-gara dirinya? Nada tidak melakukan apapun, bahkan kemarin dirinya tidak bertemu dengan Ajeng.

Murid-murid yang mendengar teriakan Azka barusan langsung kaget. Memang benar, Ajeng tidak masuk sekolah dan guru bilang Ajeng meninggal di rumah sakit, entah apa penyebabnya.

"Sekalinya pembunuh, tetap aja pembunuh"

"Gua gak habis pikir sih, ternyata gak tobat sama sekali"

"Tobat woy, ntar masuk neraka tau rasa!"

"Dasar pembunuh"

"Lo gak berubah sama sekali, masih syukur dikasih nyawa. Bukanya tobat malah nambah korban"

"Cantik-cantik pembunuh ternyata"

Bisik-bisik para murid mulai terdengar di telinga Nada. Ia berusaha untuk tenang, kenapa Azka menuduhnya seperti ini?

"Gua gak tau apapun, dan Ajeng meninggal bukan gara-gara gua. Lo jangan nuduh gua kayak gini dong!" tegas Nada. Dirinya sedikit ketakutan karena menjadi pusat perhatian.

Novum Corpus [Transmigration] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang