Sepuluh

7.3K 1.1K 43
                                    

Elona pintar namun sepertinya dia agak sedikit ceroboh.

Apakah gadis itu tidak tahu, karena kosan mereka kecil ia bisa mendengar suara nafas gadis itu dan dari yang Gellan dengar sejak tadi sepertinya Elona sedang menahan rasa sakit.

Apa yang terjadi?

Apa ada luka yang lebih besar dari memar di tangannya?

Gellan bangkit dari duduknya, dengan kaki kecilnya ia berjalan menuju pintu toilet, mendekatkan telinganya pada pintu.

Suara nafas Elona terdengar jelas sesekali ia meringis kemudian dia batuk.

Lalu.

"D-arah?"

Darah?

Apa dia batuk darah?

Kalau batuk darah berarti?

Apakah terjadi sesuatu pada organ dalamnya?

"Kakak?" Gellan memanggil lirih.

Ia harus memastikan hal itu.

Hening cukup lama, kemudian terdengar suara air mengalir.

"Sebentar kakak cuci muka dan sikat gigit dulu."

Gellan melangkah mundur, ia kembali duduk.

Dia menunggu gadis itu.

Sebenernya apa yang dilakukan Bianva pada Elona?

Sebenarnya Gellan tidak akan pernah percaya jika ada seseorang yang mengatakan padanya bahwa Bianva merundung murid beasiswa yang baru ia ketahui namanya dari Hery ketika di kantin.

Elona.

Hery bercerita padanya Bianva hanya mengejek Elona sih miskin, jelek, bodoh, dan sampah itu saja, dia tidak melakukan kekerasan fisik.

Mengejek orang lain dan menjadikannya bahan candaan adalah jokes biasa diantar anak-anak SMA seperti mereka jadi sebaiknya jangan di bawa hati atau kamu akan disebut sebagai seseorang yang baperan dan tidak akan ada lagi yang mau menemani mu.

Gellan tahu itu.

Mungkin Bianva dan murid beasiswa memiliki hubungan yang seperti ini, tapi semuanya berubah.

Sejak ia melihat memar di dahi gadis itu di rumah sakit dan pergelangan tangan Elona. Gellan tidak menyadari selama ini karena ketika bersamanya Elona selalu tersenyum, dia ceria, menceritakan berbagai hal yang terjadi di sekolah padanya, dan membawakan makanan enak untuknya.

Seminggu sejak ia berada di tubuh Ares, Gellan hanya terbaring di rumah sakit.

Mereka baru keluar tiga hari yang lalu.

Elona selalu tersenyum.

Dia selalu tersenyum.

Rambutnya panjang dan menutupi wajahnya.

Itu adalah penampilan Elona di sekolah.

Ketika bersama Ares adiknya.

Dia adalah kakak yang cantik, selalu menguncir kuda rambutnya, cerewet, baik, dan selalu bahagia.

Gellan mengepalkan kedua tangannya.

Dia tahu itu.

Sama seperti dirinya.

Elona berpura-pura bahagia untuk menutupi rasa sakitnya di hadapan orang tercintanya, berbeda dengan dirinya yang tersenyum pada orang-orang munafik hanya karena takut ditinggal sendirian.

Sialan.

Entah kenapa ia merasa sangat malu.

"Eh, kenapa engga kamu makan?"

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now