Empat Puluh Enam

6.7K 1K 91
                                    

Ini semua adalah rencana Gellan.

Dia diam bukan berarti tidak bekerja.

Mari kita kembali ke beberapa menit, sebelum Gellan menemui Elona di depan kelasnya.

Ingat kan? Dia menghampiri Elona dengan terburu-buru.

Apa yang sebelumnya dia lakukan?

Disini semua akan terjawab.

"Datang juga lo, gue kira kabur."

Noel baru saja tiba, Gellan tiba-tiba memberikannya pesan dan menyuruhnya untuk datang ke gudang kosong di belakang sekolah. Noel tahu apa yang akan dilakukan Gellan, namun ia tidak takut, tidak ada yang memiliki bukti, ia cukup yakin tidak akan ada yang membocorkan tentang perbuatan mereka waktu itu.

"Gue engga pernah kabur," tegas Noel, ia menatap Gellan tajam. "Gue heran sebenarnya hubungan lo sama tuh cewek apaan, sampai lo lakuin semua ini untuk dia."

Gellan tersenyum tipis. "Lo engga perlu tahu, orang yang bentar lagi masuk Penjara buat apa tahu."

Noel menggeram kesal, ia mengepalkan kedua tangannya. "Bukti lo apa, lo engga tahu apa-apa."

"Dih sok ngela," Gellan terkekeh geli. "Gue liat loh, apa yang kalian lakukan ke Elona."

Kedua mata Noel membelak, mana mungkin Gellan tahu, dia kan tidak ada disana waktu itu, jelas-jelas semua orang tahu ketika kejadian itu Gellan sudah dibawah pergi ke Singapura untuk pengobatan bersama bokap nya.

"Gue kan juga udah ngirim ke lo video itu, video yang lo ngutak-ngatik motor gue." Gellan menyeringai. "Kita bodoh yah, demi cewek bisa berubah gitu aja."

Noel terdiam, dia tidak bisa menyangkal. "Terus lo mau apa?"

"Gue mau lo sama Bianva masuk penjara."

Noel tertawa. "Bianva? Heh, cuma gue yang salah disini, kenapa lo bawa-bawa dia." Noel tidak akan membiarkan itu terjadi, Bianva tidak bersalah disini, semuanya salah dia.

"Lo Amnesia atau apa? Lo berdua yang nyerang Elona dan berusaha menodai dia, itu yang ngerjain siapa?" Gellan tertawa lepas. "Tuh cewek juga sesekali harus di hukum, lo sama Bredy selama ini terlalu memanjakan dia."

Noel menarik kerah kemeja Gellan, dia terlihat sangat marah. "Apa yang lo tahu tentang Bianva, lo engga tahu apa-apa! Lihat lo berdua bermesraan di depan umum tuh rasanya sangat menyebalkan! Gue pengen bunuh lo detik itu juga! Kenapa lo bisa berduaan sama dia! Lo aja engga pernah cinta sama dia! Kenapa dia lebih milih lo daripada gue? Gue yang lebih dulu kenal dia, bukan lo! Kenapa gue bisa kalah dari orang baru macam lo! Sebenernya apa yang dia lihat!" Dia curhat atau apa.

"Gue benci mengakuinya, tapi gue rasa sifat kita sama." Gellan tersenyum senduh. "Ini waktunya, tuh cewek sudah terlalu lama dimanjakan."

"Lo tahu apa yang gue lakukan untuk ini?" Gellan menyeringai, wajahnya dipenuhi kesenangan. "Gue sampai harus minta tolong Papa untuk bongkar masa lalu bokap Bianva, uwah banyak banget catatan gelapnya..." Dia tertawa terbahak-bahak, sampai memegangi perutnya. "Lihat sekarang posisi keluarganya sudah hancur, banyak orang yang benci dia, semua tipu muslihatnya terbongkar, sifat aslinya, semua orang sudah tahu."

"Lo...." Noel tidak percaya ini. "Kenapa lo setega itu? Lo engga punya hati nurani! Lo sebenarnya pernah suka dia atau gak sih?!"

"Loh," Gellan menatap Noel lucu. "Hati nurani? Bukanya kalian yang engga punya yah." Gellan sangat ingat waktu itu, apa yang mereka lakukan pada Elona. "Lo berdua yang datang-datang ke kosan Elona, nyerang dia, berusaha nyakitin dia untuk kedua kalinya, terus apa yang dilakukan Bianva selama ini itu apa? Oh gue tahu! Di mata lo dan Bredy tuh cewek kan malaikat, malaikat yang malang, Bianva yang malang, dia jatuh cinta sama Gellan sih laki-laki penggila narkoba, lo juga yang nyebar rumor tentang gue kan?" Gellan bertepuk tangan. "Terus lo tanyak apa gue pernah suka dia? Pernah, tapi itu dulu sebelum gue lihat sifat aslinya." Wajahnya berubah datar.

Your Guardian Angel (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang