Dua Puluh Sembilan

7.3K 1.1K 111
                                    

Elona membuka kedua matanya perlahan-lahan, dalam keadaan linglung samar-samar ia mendengar suara seseorang yang sedang bersenandung dan aroma lezat yang memenuhi udara. Plafon atas tempat ini terlihat sangat asing untuknya, seingat Elona langit-langit Kosannya tidak secantik ini. Aromanya juga tidak sewangi ini dan ia juga tinggal sendirian.

Menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, Elona mengernyit heran melihat tubuhnya, baju yang ia gunakan semalam sudah diganti dengan sebuah piyama berwana biru langit. Turun dari kasur, telapak kaki Elona bisa merasakan Karpet bulu yang lembut, membuatnya merasa sangat nyaman.

"Sorry, kebangun yah."

Melirik pintu, Elona melihat Risa yang sudah siap dengan seragam SMA nya.

"Gue lagi masak, lo lapar gak? Ayo makan, enak gak enak telan yah." Dia tertawa geli.

"Risa," panggil Elona.

"Hm, iya?" Risa memiringkan kepalanya lucu.

"Kemarin gimana..."

"Gue bawa lo pulang, naik mobil."

"Tapi kamu kan mabuk?"

Risa nyengir. "Iya, yang nyetir Gellan."

Elona terdiam. "Oh," dia tidak tahu harus berkata apa.

"Cuci muka sana, sikat gigi juga, kalau mau mandi pakai aja baju gue, kita ke rumah sakit nanti pulang gue sekolah." Risa tersenyum ramah. "Jangan segan-segan sama gue, kalau butuh sesuatu gue di dapur yah." Dia menutup pintunya kembali.

Buru-buru Elona mencuci muka dan sikat gigi, kemudian ia keluar dari kamar dan menuju dapur dimana Risa berada.

"Telur orak-arik, Roti Panggang, Sosis Goreng, Telur Ceplok." Risa meletakkan sepiring makanan di hadapan Elona. "Mau Jus atau Susu?"

"Jus," Elona menatap isi kulkas milik Risa, ia berdecak kagum, semuanya terlihat sangat enak. "Hm, dua-duanya boleh?"

"Boleh, nih." Risa meletakkan sekotak Susu dan Jus. "Lo makan satu isi tuh Kulkas juga gak apa-apa." katanya.

Elona terdiam, ia memilin ujung piyamanya. "Aku engga pernah makan makanan seenak ini."

Risa yang sedang mengigit Sosisnya terdiam. "Terus selama ini lo makan apa?"

Gadis itu termenung, mengingat-ingat makanan yang biasa ia makan. "Hm, apapun itu yang bisa buat aku kenyang, kadang aku ngambil makanan sisa teman Bianva di kantin."

Risa menutup mulutnya, ia menatap Elona. "Lo miskin banget yah?" Anjirlah.

Bukannya tersinggung Elona malah mengangguk dan tersenyum kecil. "Iya, uang aku habis untuk membeli Ginjal Ares." Ah, dia kembali teringat adiknya itu, Elona menghapus air matanya sebelum jatuh. "Maaf, aku menceritakan sesuatu yang tidak penting."

Risa mengambil ponselnya, ia mengetik pesan panjang, kali lebar, kali tinggi pada seseorang.

"Kamu ngapain?" tanya Elona penasaran.

Risa menghapus air yang hampir keluar di ujung matanya. "Dia harus dan wajib buat lo bahagia," gumam Risa.

Elona menatapnya tidak mengerti.

Sementara itu Gellan sedang menatap aneh pesan yang dikirim oleh Risa.

Lo harus buat dia bahagia! Kalau dia nangis gue tendang lo sampai masuk rahim emak lo lagi! Huwe Elona yang malang, kasian banget, gue nyesal engga pernah bantu dia selama ini! Lo juga harusnya nyesal! Bianva itu sebelumnya pacar lo dan lo juga tahu faktanya! Harusnya lo nyesal! Huwe harusnya Elona dapat cowok yang lebih baik dari lo! Pokoknya kalau dia engga suka sama lo, gue bakalan jodohin dia sama cowok terbaik yang pernah gue kenal, adik gue!

Your Guardian Angel (The End)Där berättelser lever. Upptäck nu