Dua Belas

7.1K 1K 61
                                    

Entah kenapa penampilan Papa nya lebih buruk dari terakhir ia lihat. Kurus, matanya memiliki lingkar hitam, pipinya cekung, dia tidak mencukur kumis nya, dan wajahnya terlihat tidak bersemangat, ia seperti seseorang yang kehilangan tujuan hidup nya tapi, Papa memang kehilangan tujuan hidupnya yaitu Mama.

Seingatnya ketika perceraian penampilan Papa Gellan tidak se-mengerikan ini.

"Ares!"

Nice timing Dokter Eben! Batin Gellan.

Ia langsung berlari kabur, namun Vier menangkap tubuh kecilnya.

"Lepasin," Gellan menggeram kesal, entah kenapa dia terlihat seperti anak kucing liar sekarang.

"Apa yang kamu lakukan pada putraku?"

Eh?

Putraku katanya?

Bukankah dia tidak pernah memperlakukan Gellan seperti putra selama ini?

Bagi Vier seorang CEO perusahaan terkenal di Asia keluarga bukanlah hal penting, baginya uang adalah segalanya. Dia didik sejak kecil sebagai pria yang otoriter, tegas, disiplin, dan menyembunyikan sifat asli di balik banyak topeng.

Sepertinya sifat itu menurun pada Gellan.

"Ares tidak melakukan apa-apa, hehehe." Dia digendong seperti anak kucing, kakinya bergelantungan.

Vier masih menatapnya tajam.

Gawat, apa yang harus Gellan lakukan.

"Ka-kak Ares ada di ruangan sebelah, maaf kalau Ares salah masuk ruangan." Wah! Papanya sangat menyeramkan! Sekarang Gellan tahu kenapa anak-anak selalu menangis ketika melihat wajah Papanya.

Di kepala kecilnya sudah terbayang kisah Hansel and Gretel.

"Dimana wali mu?"

"Ares." Suara Dokter Eben terdengar.

"Tuh..." Gellan menunjuk luar pintu.

Vier melepaskannya.

Gellan langsung mundur seribu langkah. "Terima kasih dan maaf, semoga hari anda menyenangkan." Dia berlari secepat mungkin.

Vier menatap kepergian Gellan dengan perasaan nostalgia, ia menatap telapak tangannya.

"Dia mirip Gellan kecil," senyum tipis terukir di wajah garangnya.

Pria itu mengusap wajahnya yang lelah, meletakkan Bunga yang ia bawa di atas nakas dan duduk di kursi tepat disamping Hospital Bed putranya.

"Mama kamu belum bisa jenguk, maaf tapi akan Papa minta untuk dia datang."

Suara monitor jantung itu sangat mengerikan, itu seperti bom waktu, tinggal menunggu kapan semuanya akan berakhir.

"Maafin Papa Gellan." Air matanya mengalir, pria dingin itu diselimuti perasaan menyesal. "Kembali lah dan Papa janji akan mengubah semuanya."

Gellan mengigit bibirnya dalam diam, air matanya jatuh satu persatu, dia menghapusnya dengan tangan kirinya, tangan kanannya menggenggam jemari Elona di samping kasur.

Tidak menyangka ia akan mendengar kata-kata seperti itu dari satu-satunya pria tanpa hati di hidupnya.

Selama ini Gellan mengira kalau Papanya tidak pernah menyayanginya. Vier tidak pernah datang di hari ulang tahunnya, tidak pernah memberikan selamat untuk kerja kerasnya, tidak pernah berbicara baik-baik dan selalu menggunakan nada tinggi ketika bersamanya.

Seakan-akan dia menjauhkan Gellan dari dirinya agar ia tidak terluka.

Apa benar seperti itu.

Pria itu adalah Papanya, tempat teraman di dunia, bagaimana Papa bisa menyakitinya.

Your Guardian Angel (The End)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant