Epilog

11.9K 1.2K 117
                                    

Ini adalah ingatan Gellan, setelah ia keluar dari tubuh Ares.

"Halo Kak Gellan!"

Gellan terkejut, ia mengucek-ngucek matanya untuk memastikan penglihatannya saat ini.

"Ini aku Kak, Ares, hehehe."

Dia mirip sekali dengan Elona, seperti Elona versi laki-laki.

"Halo Ares," sapa Gellan.

Ares tersenyum manis.

Saat ini entah dimana mereka berada, tidak ada yang tahu, hanya saja semuanya terlalu terang, cerah dan berwarna biru, mereka seperti mengambang di atas awan. Ares dan dirinya sendiri menggunakan pakaian serba putih, Gellan berpikir untuk beberapa saat, apakah ini akhirnya? Dia sudah mati?

Bagaimana dengan Elona? Apa dia baik-baik saja?

Apa ia akan mati begitu saja? Tanpa melindungi dan membalas dendam gadis itu?

"Kak Elona baik-baik saja Kak, ini semua berkat Kakak." Ares berjalan mendekatinya, ia memeluk Gellan. "Makasih kak." Tinggi bocah laki-laki itu hanya sampai pinggangnya.

Ares mengajak Gellan untuk mengobrol, ia duduk di pangkuan laki-laki itu.

"Kita udah mati yah?" tanya Gellan.

Ares menggelengkan kepalanya. "Engga, ini alam bawah sadar Kak Gellan." Ares berdiri, ia menatap Gellan yang sedang duduk di hadapannya.

"Bagaimana kak? Kakak aku cantik kan?"

Gellan mengangguk. "Cantik."

"Dia manis kan?"

"Manis."

"Dia menggemaskan kan?"

"Iya, sangat." Gellan tertawa merdu, ia tidak akan pernah melupakan kenangan bersama Elona.

"Syukurlah, aku senang dengar nya." Ares tertawa, dia memiliki gigi kelinci yang manis. "Terus kakak mau kan jadi malaikat pelindung kak Elona?"

Gellan terdiam.

Ares merunduk sedih, ia memilin ujung jarinya.

Sikapnya itu mirip dengan Elona.

"Aku yang bawa kakak ke badan aku untuk bantu kak Elona." Ares berkata jujur. "Aku pikir kakak bisa jadi pengganti aku, menolong kak Elona dan menjadi pelindung dia." Ares tersenyum lembut. "Seperti yang kakak lakukan ketika SMP."

"SMP?" Apa maksudnya?

Ares berjalan-jalan, ia mengelilingi Gellan. "Kak Gellan dulu pernah bantu kak Elona dari kak Noel."

"Noel?" Gellan semakin bingung.

"Hm," Ares mengangguk. "Dulu, kakak penyelamat dia, waktu itu Mama baru saja meninggal, kak Noel memanfaatkan kelemahan kak Elona dan berusaha menyakitinya." Dia menangis, kehidupan kakaknya benar-benar berat. "Aku engga pernah bisa berhenti menyalahkan diri sendiri, seandainya kak Elona engga punya adik penyakitan kayak aku, dia pasti bisa menjadi seperti gadis normal lainnya, dia tidak perlu menghabiskan waktu untuk bekerja, ia bisa bermain bersama teman-temannya, berpacaran, dan melakukan hal-hal yang seharusnya anak SMA lakukan."

Gellan menggelengkan kepalanya, ia berdiri dan memeluk Ares. "Bukan, itu bukan salah kamu." Gellan merunduk dan menghapus air mata Ares. "Elona sangat mencintai kamu, bagi dia kamu adalah segalanya."

Ares mendengarkan.

"Jangan khawatir, jika kakak bisa kembali, kakak akan buat dia bahagia."

"Kakak akan menghukum orang-orang itu dan memberikannya kebahagiaan."

"Seperti kata kamu, kakak akan menjadi malaikat pelindungnya."

Ares menangis keras, dia memeluk Gellan dengan erat. "Terima kasih, terima kasih banyak kak Gellan!"

"Sama-sama."

Selanjutnya suara-suara itu mulai terdengar.

Panggilan dari Papanya.

Gellan! Gellan! Kamu dengar Papa?

Hah?

"Itu petunjuknya kak Gellan, ikuti suara itu dan kakak akan kembali ke tubuh kakak."

Perlahan-lahan keberadaan Ares mulai memudar, serpihan tubuhnya terbang di bawa angin.

"Tolong jaga kak Elona, jadilah malaikat pelindung untuknya."

Itu adalah kalimat terakhir Ares, sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.

***

Jari aku capek guys.

Bergetar mereka.

Okelah.

Terima kasih banyak yah sudah baca.

See u in another Story.

Elona : bye! Bye!

Gellan : no Extra Part guys, gue sama Elona itu couple in private

Elona : hehehe makasih udah baca.

Hana : kalian berdua yakin engga mau Extra Part?

Gellan mengangguk : gue engga mau kehidupan pribadi gue di intip.

Hana : dih

Elona tertawa.

Yah seperti yang Gellan inginkan.

No Extra Part.

Selanjutnya silahkan kalian hayalkan sendiri.

Bagaimana kehidupan mereka setelahnya.

Terima kasih sudah menemaniku sejauh ini.

Untuk kalian semua terima kasih.

Aku engga tahu lagi harus bilang apa, makasih.

Kata teman aku kalau terima kasihnya terlalu banyak kesannya engga iklhas.

Beda pendapat sama aku.

Aku akan terus mengucapkan terima kasih pada kalian.

Karena rasa terima kasih aku engga akan pernah berhenti.

Without you all, i'm nothing.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now