Tiga Puluh Lima

6.8K 1K 51
                                    

Ada berita menarik pagi ini.

Tiba-tiba saja seluru sekolah yang sedang sibuk dengan persiapan festival dikagetkan dengan berita yang terjadi pada Ayah Bianva. Berita itu tentang penerimaan suap yang dilakukan Ayah Bianva untuk membenarkan beberapa kasus khusus, berita ini menjadi bahan pembicaraan semua orang dan topik utama jatuh pada Bianva dan Bredy.

Reputasi keduanya yang terkenal bagus langsung hancur hari itu juga, orang-orang pendiam yang membenarkan tindakan keduanya angkat bicara.

"Siapa yang bilang Bianva itu baik? Lo engga pernah dengar gosip dia nyiksa murid beasiswa?"

"Selain murid beasiswa dia itu tukang nyiksa murid-murid miskin, lo pikir kenapa sekolah kita engga pernah nerima anak-anak dari kalangan bawah? Itu karena orang-orang seperti dia, sok berkuasa dan menyakiti orang lemah."

"Pihak sekolah juga gila gak sih? Cuma karena uang mereka tutup mata untuk kasus pembullyan."

"Sekolah kita terkenal dengan kasus pembullyan, bahkan dua tahun lalu ada murid yang bunuh diri, dia loncat dari Rooftop. Tahun lalu juga ada kan? Tahun ini aja yang aman dan damai, tiap tahun pasti ada murid yang mati bunuh diri di sekolah ini."

"Murid beasiswa itu namanya siapa? Kenapa Bianva bully dia?"

"Kalau engga salah namanya Elona, dari yang gue denger Bianva bully dia cuma karena dia lebih cantik dari Bianva."

"Bianva itu egois, dia engga mau tersaingi."

"Gue dengar juga dia nyuruh tuh murid beasiswa buat ngerjain tugasnya."

"Bukan cuma itu! Dia nekan tuh murid beasiswa juga! Lo kan tahu sekolah kita kalau ujian di acak muridnya kan? Dia gunakan kekuasaan ayahnya, biar dia satu kelas sama murid beasiswa."

"Bianva kan pintar? Pintar darimana nya?! Dia itu bego, gue pernah konsultasi sama dia tentang Alogaritma dasar, dia langsung bingung gitu."

"Pantesan! Gue heran sendiri, kenapa murid beasiswa engga pernah juara umum, beasiswa di sekolah kita itu sulit."

"Ternyata Bianva nekan dia."

"Supaya dia selalu menjadi nomor satu."

"Gila, ada yah orang kayak gitu."

"Penyakit gak sih?!"

Begitulah pendapat beberapa orang yang selama ini diam tentang keburukan Bianva, mereka berkembang biak seperti virus dan menceritakan semuanya kepada orang-orang. Bergosip, dari satu mulut ke mulut lainnya, cerita yang awalnya biasa saja, berubah menjadi mengerikan, di taburi oleh beberapa fakta tersembunyi yang hanya segelintir orang tahu.

"Sekolah kita ribut banget dari pagi." Hery berkomentar, sejak duduk di kantin semua orang entah kenapa menatap Gellan secara terang-terangan sekarang.

"Mungkinkah berita tentang Gellan cuma bualan Bianva?"

"Jelaslah! Lo pikir teman gue pemakai narkoba?!" seru Hery ketika mendengar percakapan itu secara tidak sengaja, sepertinya gadis-gadis itu sengaja berbicara dengan suara keras untuk didengar Gellan, Hery, dan Zain.

"Lo dengar yah? Semua berita tentang Gellan dari Bianva cuma hoak! Kecuali fakta kalau kedua orang tua Gellan emang udah pisah, terus kenapa kalau kedua orang tua pisah? Kayak lo semua berasal dari keluarga baik-baik aja?!" Hery sudah menahan emosinya selama ini, saatnya untuk meluap dan mengungkapkan kebenaran. "Terus kenapa emang kalau Gellan pergi ke Club atau cium cewek sana-sini, sok suci lo semua, padahal tiap malam Cek in terus." Dia menyindir teman-teman Noel yang berada di pojok kantin, yah jika mereka sadar sih.

"Cocot lo bisa diam gak," Risa mendelik tajam pada Hery, bisa-bisanya laki-laki itu berkoar-koar tentang sesuatu yang tidak penting. "Lihat muka Gellan, mau di gigit lo?"

Hery langsung kicep, wajah Gellan terlihat sangat mengerikan saat dilihat, dia seperti akan memakannya hidup-hidup.

Padahal Gellan sedang memikirkan hal lain dan tanpa sengaja memang menatap Hery.

"Murid beasiswa itu engga sekolah lagi yah?"

Telinga Gellan mendengar sebuah gosip tentang Elona.

"Kayaknya, kalau gue jadi dia mungkin engga akan mau datang ke sekolah lagi, ingatan buruk."

"Sok peduli lo pada, kemarin-kemarin dia disiksa Bianva diam aja!"

Gellan termenung mendengarnya, ternyata dia sama saja dengan yang lain, selama ini Gellan diam dan memilih untuk pura-pura tidak tahu. Padahal ia sering mendengar dari Hery tentang Bianva yang kembali merundung murid beasiswa yang baru ia ketahui namanya dua bulan lalu.

Laki-laki itu menyesal, kenapa ia tidak melakukan sesuatu sejak pertama kali ia mendengar gosip tentang Bianva yang menyakiti murid beasiswa. Seandainya itu menghentikan sejak dulu, pasti sekarang Elona bisa menikmati kehidupan sekolah dengan baik, Ares juga pasti bisa sembuh.

Sudahlah, untuk apa menyesal.

Jika itu terjadi ada kemungkinan juga ia tidak akan mengenal Elona.

Ada sisi baik dan buruknya.

"Ini semua kerjaan lo kan?"

Akhirnya dia yang selama ini diam mendatangi Gellan.

"Entahlah, gue engga sehebat itu." Gellan berujar santai.

Noel mengepalkan kedua tangannya. "Ikut gue, kira bicara di tempat lain."

"Untuk apa?" Dia tertawa. "Lo tunggu aja, bentar lagi giliran lo akan tiba."

Noel menggeram kesal, ia menarik kerah seragam Gellan. "Lo...tahu apa bangsat."

"Daripada ngurusin gue, urus dulu tuh cewek lo." Gellan tersenyum mengejek. "Kalau dia stress terus bunuh diri gimana?" Gellan semakin bersemangat ketika melihat wajah jelek Noel, ia semakin ingin menginjak-injaknya. "Dia itu engga sekuat Elona, di hancurkan sekali engga bisa bangkit lagi." Gellan menggenggam pergelangan tangan Noel dengan kuat, membuat Noel meringis kesakitan. "Dari dulu lo engga pernah bisa lawan gue, lo tahu, kecelakaan yang lo rencanain itu, membawa keajaiban ke hidup gue, bukan makin lemah, gue justru makin kuat, untuk basmi kalian yang sudah menyakiti dia."

"Yang sudah mati tidak bisa kembali, untuk dia yang masih hidup, gue akan bawa keadilan."

Noel terkejut, dia menatap Gellan dengan pandangan syok. "Lo...! Apa yang lo tahu bangsat?!" Dia ingin menghajar Gellan, namun sebelum itu Gellan yang sejak awal memang sudah tidak bisa menahan emosi lebih dulu menghajar Noel, dia menendang wajah Noel dengan lututnya.

Sangat keras, membuat hidung Noel langsung berdarah, kepalanya pusing dan kesadarannya hampir hilang.

"Sekarang lo yang ikut gue." Dengan kasar Gellan menarik rambut Noel, ia mengeratnya seperti itu.

"Lo mau apain dia?"

Siny datang secara tiba-tiba.

"Urusan lo apa?" Gellan bertanya balik.

Risa, Hery, dan Zain saja tidak berani menghentikan Gellan. Mereka sejak tadi hanya diam, sembari mengabari Yasghir tentang kejadian yang luar biasa keren ini, siapa bilang mereka membela Noel, mereka mendukung Gellan diam-diam, dia pasti menang.

Bahkan mereka berempat sampai bertaruh apa Noel akan masuk rumah sakit atau kuburan besok?

(Hahaha 🤣)

Siny menghela nafas. "Kalau dia kenapa-kenapa, lo yang dituduh, santai."

"Engga mau," kerja Gellan. "Urus aja teman-teman lo itu, jangan ikut campur." Dia membawa Noel pergi, meninggalkan Siny begitu saja.

Tidak ada yang bisa menghentikan kemarahan Gellan kali ini.

Yah berdoa aja Noel tidak kenapa-kenapa.

***

Terima kasih sudah membaca 😘

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now