Enam Belas

6.8K 1.1K 82
                                    

Mereka kembali mengunjungi rumah sakit hari ini dan agendanya selalu sama, mengecek tubuh Ares yang terkena penyakit Leukimia.

Penyakit mengerikan yang merenggut nyawa jutaan orang.

Dokter Eben bilang kondisi Ares mulai melemah hari demi hari dan sebaiknya melakukan transplantasi ginjal secepat mungkin.

"Kita harus mencari ginjal yang cocok, hanya saja butuh biaya yang besar untuk mencari itu."

Elona tidak pernah tersenyum lagi sejak mendengar kalimat ini.

"Kakak ayo jenguk Bang Gellan." Setiap kali mereka ke rumah sakit, permintaan Ares selalu sama, dengan bantuan Dokter Eben, ini ketiga kalinya mereka akan bertemu dengan Gellan.

Elona menatap adiknya itu dalam diam, gadis itu terlihat seperti mayat hidup, dia pucat. "Baiklah." Dia juga tidak menolak keinginannya, selalu menuruti permintaan egois Gellan.

Kali ini ia tidak minta digendong, ia hanya berjalan sembari menggenggam tangan Elona, Dokter Eben menemani mereka juga.

"Punya gue!"

"Anjir, itu punya gue!"

"Sialan, beli lagi sana di bawah!"

"Gue malas turun! Lo kira ini lantai berapa?!"

Wajah Elona yang pucat tambah pucat ketika melihat Zian dan Hery, ini kejadian yang tidak terduga mereka tidak pernah menjenguk Gellan di jam ini.

"Itu Bakso gue!"

"Gue masih lapar! Minta dikit anjing!"

"Dikit di lo, sekarat di gue!"

Gellan menatap bodoh kedua temannya itu, buat malu saja.

Dokter Eben berdeham kecil.

Zian dan Hery langsung berhenti berkelahi.

"Ah! Murid beasiswa!" Hery menunjuk Elona, ia berjalan mendekati gadis itu. "Lo sering banget jenguk Gellan yah? Hubungan kalian berdua sebenernya apa?" Dia memojokkan Elona.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, kenapa teman Gellan ini harus berbicara sedekat ini dengannya. "Aku cuma..." Dia jadi tidak bisa memikirkan apapun untuk dijadikan alasan.

Gellan mengepalkan kedua tangannya dengan esmosi ia menendang tulang kering Hery.

"Argh!" Hery menjerit keras.

"Jangan sentuh Elona!" Gellan menggeram kesal, berani-beraninya hama sialan ini mendekati Elona.

"Tuyul gila!" Hery mengumpat. "Gue botakin lo baru tahu rasa!"

"Coba aja," Gellan menjulurkan lidahnya, mengejek.

Zian tertawa terbahak-bahak.

"Argh, sialan, adik lo nyebelin banget!" Dia melotot pada Elona.

Gellan langsung menampar pipi Hery.

Semua orang kehilangan kata-katanya.

Elona hampir pingsan di tempat.

Bagaimana jika mereka ikut merundung dirinya karena ini?!

"Ares!" Elona mengendong Gellan, berniat keluar dari ruangan itu saat tiba-tiba pintu terbuka.

Seorang wanita cantik muncul, dia menggunakan pakaian kantoran dan membawa sekeranjang buah.

Mata Gellan berkaca-kaca, dia menyembunyikan wajahnya di pundak Elona.

Itu Mamanya.

"Kalian bertiga teman Gellan?" suara lembut yang tegas terdengar.

"Halo Tante," Hery memberi salam. "Saya..."

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now