Tiga Puluh

7.2K 1.2K 87
                                    

Gellan menatap tajam pesan yang baru saja ia kirim beberapa menit yang lalu, pesan yang masih sama dan tidak memiliki balasan. Laki-laki itu tertawa kecil ketika membayangkan sesuatu, apakah sekarang gadis itu sedang panik? Mengingat Elona yang ia kenal selama sebulan lalu, Gellan cukup yakin saat ini pasti Elona sedang melempar ponselnya.

Ketika mereka masih bersama, beberapa kali Gellan melihat Elona yang secara tiba-tiba melempar ponselnya. Hal itu dia lakukan ketika ia melihat sesuatu yang mengejutkan, seperti foto yang tidak pantas, berita aneh, dan pesan yang tiba-tiba muncul dari ponselnya, padahal itu pesan dari Dokter Eben, bukan orang lain.

Lalu darimana Gellan tahu nama dari akun Instagram Elona? Jawabannya adalah dia pernah meminjam ponsel gadis itu dan mengutak-atik nya, hehehe.

Gellan nakal yah.

"Kenapa lo senyam-senyum?" Hery bertanya heran.

Gellan mengetik sesuatu sebelum akhirnya menyimpan ponselnya kembali. "Gak ada."

"Habis balik dari kematian, lo agak aneh yah."

"Aneh gimana?" tanya Gellan.

Hery menatap Gellan serius, dahinya mengernyit. "Musim Semi lo datang yah?"

"Ha?" tanya Zain tidak mengerti.

"Ck, itulah musim jatuh cinta, nih anak lagi jatuh cinta." Hery kenapa kamu peka sekali, terkadang Gellan takut padanya.

Gellan hanya tertawa untuk menanggapi perkataan Hery.

"Bianva?"

Senyum Gellan langsung luntur.

Zain dan Hery menatapnya heran.

"Jangan sebut nama tuh cewek di hadapan gue." Sumpit kayu di tangan Gellan patah detik itu juga.

Zain dan Hery menelan Saliva-nya.

Mereka takut, huhuhuhuh.

Kalau bukan karena Elona, sudah sejak hari pertama Gellan menghancurkan Bianva dan Noel.

Sekarang tujuan Gellan cuma satu.

Ia harus membawa Elona kembali bersekolah. Gellan mengerti, tidak mungkin Elona baik-baik saja setelah kehilangan satu-satunya keluarganya, orang tercintanya, dan tujuan hidupnya. Gellan bisa saja menggantikan posisi Ares untuk Elona, namun jika hanya dia yang menganggap seperti itu, Elona tidak terbantu sama sekali.

"Lan, Lan, Lan mereka datang tuh."

Gellan tidak ingin melihatnya, bisa-bisa ia kehilangan selera makan.

Terserah, mau semua orang menganggapnya apa, Gellan juga tidak butuh mereka, dia bisa berdiri sendiri. Gellan tidak ingin lagi berpura-pura baik dan menganggap semuanya baik-baik saja hanya karena ia takut ditinggal sendirian, hanya karena takut ia tidak memiliki teman, memiliki sedikit teman lebih baik daripada banyak namun munafik.

Hery tiba-tiba menjerit.

Membuat Gellan dan Zain terkejut

"Lo kenapa?" tanya Zain.

"Ada semut yang gigit pantat gue!" serunya.

Gellan berdecak kesal. "Ada-ada aja lo, Bambang."

Hery permisi pergi, ia harus ke toilet untuk melihat kondisi bokongnya. Keadaan hening setelah kepergian Hery, fungsi Hery sangat besar untuk mencairkan suasana. Zain dan Gellan memiliki sifat yang hampir sama, mereka pendiam.

"Lan." panggil Zain.

"Hm," Gellan sibuk sekali dengan ponselnya.

"Lo ingat sama cewek yang jadi bahan Bullying Bianva gak?"

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now