Sebelas

7.2K 1K 35
                                    

Gellan kembali duduk, dengan susah payah, soalnya pantatnya berat.

Bahunya menurun, dia menghela nafas.

Sepertinya badan kecil ini mendapatkan terlalu banyak beban mental.

Elona.

"Hidup lo lebih rumit dari hidup gue."

Setidaknya dia sehat secara fisik.

Gadis itu sudah tidak sehat secara mental dan fisik.

Dia terluka.

"Ares kamu lapar?"

Gellan menggelengkan kepalanya. "Engga Dokter, Ares udah makan." Dia makan di angkot dalam perjalanan membawa Elona ke rumah sakit, agak susah sih karena dia harus terombang-ambing kesana-kemari.

Gellan sudah terbiasa dipangkuan Elona jadi duduk sendirian dengan pantatnya entah kenapa kurang enak.

Kalau dia sakit, bisa pusing semua orang.

"Mau Jus? Ada mesin penjual minuman di dekat ICU."

ICU?!

Bukankah itu tempat dimana tubuhnya berada?!

"Kita bisa menjenguk Elona juga, dia dibawa ke ICU."

Wow, jekpot! Batin Gellan.

Tidak perlu susah-susah buat alasan.

Gellan melompat, ia memeluk kedua lutut Dokter Eben. "A-ares engga mau Jus! Ares mau lihat kakak!"

Dokter Eben hampir tersedak Saliva-nya sendiri.

Percayalah Ares sangat imut.

"Baiklah, ayo kita langsung ke ICU."

"Yey!" Untuk sesaat Gellan melupakan indentitas aslinya.

Gawat!

Dokter Eben menggendong Gellan dengan telaten. Sebelum masuk ruang ICU khusus Ares karena dia seorang anak yang penyakitan, ia harus menggunakan seragam khusus dan masker khusus anak-anak, setelah semua alat pertempuran selesai barulah mereka berdua masuk.

Gellan gugup luar biasa.

Ia tidak sabar mendapatkan kembali tubuh aslinya.

ICU adalah jantung rumah sakit.

Disana banyak pasien dalam pantauan penuh yang sewaktu-waktu bisa menghembuskan nafas terakhirnya. Banyak lansia disini dan selama Dokter Eben menggendongnya Gellan tidak melihat keberadaan tubuh aslinya.

Sepertinya ia harus berkeliaran sedikit.

"Apa separah itu?" tanya Gellan, apa benar-benar Bianva yang melakukannya? Bukan orang lain? Tidak mungkin gadis manis itu melakukan hal sekejam ini.

Gellan masih belum percaya.

"Jika dibiarkan lebih lama lagi mungkin lambungnya bisa robek."

Gellan menelan Saliva-nya. "Wow itu sangat menakutkan..."

Dokter Eben tersenyum lembut. "Tidak apa-apa Elona pasti sembuh."

Gellan menatap Dokter berkaca mata itu.

"Tidak mungkin dia meninggalkan adik kecilnya."

Itu benar.

Bocah laki-laki itu merunduk, ia termenung.

Apa yang terjadi pada Elona jika ia tahu kalau adiknya memang sudah tiada?

"Kita sampai, kamu mau turun?"

Your Guardian Angel (The End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon