37. Sikap Tyo Yang Aneh

2K 432 30
                                    

Selamat Natal buat mentemens eike, umat Kristiani. Damai sejahtera dan kasih serta sukacita memenuhi kita semua.

Berhubung Jumat nanti eike belum tentu bisa apdet, jadi dicepetin jadi Senin lagi nih. Diana indehaus!

Enjoy.

BAGIAN TIGA PULUH TUJUH: SIKAP TYO YANG ANEH

“Sebaiknya kamu berkoordinasi dengan Komandan. Saya enggak bisa menjamin keselamatanmu saat penyergapan nanti. Takutnya, samaran saya kebongkar.”

Tyo mengangguk. “Baik, Kang Mus. Saya akan bicara dengan Komandan, tapi Akang akan ada di lokasi waktu kami transaksi?”

Kang Mus, kepala preman wilayah Bogor yang aslinya adalah petugas menyamar juga, terkekeh. “Jelas. Kalian transaksi di Puncak, Ceng. Itu wilayah Akang.”

“Kalau begitu, boleh minta tolong, Kang? In case, anak buah Akang nanti mencelakai saya atau sebaliknya, dan saya tertangkap?”

“Tolong apa?”

“Tolong jaga seseorang untuk saya. Setidaknya, saat dia ada di wilayah Akang.”

“Siapa?”

“Wartawati, namanya Diana Herawati. Kalau orang yang saya selidiki memang punya jaringan di kesatuan, berarti meminta tolong ke situ bukan pilihan yang tepat.”

“Baiklah. Saya akan minta tolong juga pada orang saya di kesatuan untuk mencari tahu. Omong-omong, siapa Diana ini? Kenapa sepertinya kamu perhatian sekali padanya?”

Tyo menghela napas. “Kang Mus ingat wartawan senior yang meninggal delapan tahun lalu? Aryo Seto?”

Kang Mus mengerutkan kening, lalu mengangguk. “Iya. Hampir saja dia membuat samaran saya terbongkar, waktu dia menelusuri kasus kawin kontrak di Puncak dulu. Konyol wartawan satu itu. Untung saja kita sepakat untuk tidak saling mengusik.”

“Dia profesional, Kang.”

“Iya, tapi cukup merepotkan.”

“Uhm … kemungkinan besar, dia dibunuh.”

Kang Mus tertegun. “Dibunuh?” ulangnya. “Apa … ada orang kita terlibat?”

Tyo menggeleng. “Ini beda kasus, Kang. Dia dibunuh bersama dengan kakak dan kakak ipar saya, kasus yang ditelusuri pun bukan kasus narkoba atau premanisme, tapi … perusahaan besar.”

“Wah … apa perusahaan itu dekat dengan lingkaran lama?”

“Ya. Lingkarannya Utomo.”

“Sial!” Kang Mus meludah ke tanah. “Orang itu lebih preman daripada preman. Hanya saja, dia pakai cara kotor yang cuma bisa dilakukan orang berduit. Orangnya banyak di kepolisian, tentara, bahkan pemerintah dan dewan. Kalau kamu berhadapan dengan mereka, urusannya rumit.”

“Saya memang sedang berurusan dengan mereka, Kang, makanya saya minta Akang selidiki orang itu. Nah, Diana Herawati adalah putri Aryo Seto. Saat ini Diana dan ibunya sedang dikuntit, dan saya curiga, orangnya berasal dari kasus sama dengan pelaku pembunuhan Aryo Seto. Kalau saya berhasil membongkar identitas si penguntit, besar kemungkinan saya akan bisa menangkap pembunuh kakak dan kakak ipar saya juga.”

*******

Diana mencoret-coret catatannya dan menatap pria setengah baya berwajah tampan di depannya. Sang walikota yang dituduh melecehkan keponakannya sendiri. “Apa pengunduran diri Bapak merupakan bentuk pertanggung-jawaban terhadap keponakan Bapak?” tanyanya.

Sang walikota menatap dengan sorot marah. “Bukan. Itu adalah bentuk komitmen saya kepada wilayah yang saya pimpin. Saya tidak ingin musibah yang menimpa saya saat ini mempengaruhi kinerja saya memimpin, jadi sebaiknya saya mundur dulu, mempermudah petugas untuk bekerja juga.”

Diana, Sang Pemburu BadaiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt