54. Siapa Yang Menolong Tyo?

1.4K 413 64
                                    

Met Rabu pagi!

Pa kabar kalian? Masih semangat, kan? Diana-Tyo manggung buat jaga semangat kalian, oce?

Info dulu, ternyata ada penundaan untuk rilis format baru podcast Winnyraca di Spotify jadi bulan Juni. Sabar ya. Kalo mau dengerin curhat motivasi, silakan klik icon ijo di bawah kanan. Kalo mau nungguin cerita barj dibacain ala audiobook, tunggu Juni nanti, ya. Sekarang... cekidot.

BAGIAN LIMA PULUH EMPAT: SIAPA YANG MENOLONG TYO?

“Bagaimana Bu Dosen Marini bisa selamat?” tanya Bram kepada Ferdy yang menyetir.

“Ada variabel yang tidak terprediksi, Pak. Putri Bu Dosen datang lebih dulu, dan ternyata bisa bela diri. Juga ada seorang petugas yang sangat lihai membantu mereka,” jawab Ferdy.

Bram mengangguk. “Apakah begundal yang menculik Bu Dosen berhasil dibungkam semua?” tanyanya lagi.

“Ya.” Ferdy menyahut singkat.

“Bagaimana dengan petugas itu?”

Ferdy melirik spion. “Dia juga. Hanya ….”

“Hanya?”

“Saya langsung membawa mayatnya dan mengirimnya ke rumah abu, jadi Bapak mungkin hanya akan mendengar kalau korban tewas ada tiga orang.”

“Oh.” Bram mengamati pengawalnya. “Apa kamu baik-baik saja? Saya tahu kamu tidak suka kalau sampai harus berhadapan dengan sesama petugas.”

Ferdy terdiam sejenak, sebelum mengangguk. “Saya baik-baik saja. Lagi pula, saya dan petugas itu berduel secara adil, jadi kematiannya terhormat. Dan, saya punya abunya yang bisa saya kunjungi dan hormati setiap waktu.”

Bram tersenyum. Ferdy memercayai beberapa hal tertentu, dan dia menghormati apa pun yang diyakini orang-orangnya. Dia tahu, mereka yang memiliki prinsip akan jauh lebih berguna untuk mewujudkan impiannya membangun negara yang bersih, karena keberatan hati nurani mereka terbatas hanya pada apa yang mereka percayai. Mereka tidak akan melewati aturan yang ditetapkan, itulah yang dia yakini.

“Beri tahu waktu kamu akan menghormati abu petugas itu, saya akan ikut,” katanya.

“Baik, Pak.”

Diam-diam, Tina melemparkan pandangan penuh tanya kepada sang pengawal, meski ekspresinya terjaga, dingin dan tidak menyiratkan apa pun. Ferdy sendiri menatap lurus ke jalan, begitu fokus dan tidak terusik. Sulit untuk menerka apa yang dalam pikirannya.

******

Bagaimana bisa, Kapolres Bogor yang lokasi tugasnya berkilo-kilo meter jauhnya dari tempat dia berada, menolongnya tepat waktu sehingga nyawanya bisa diselamatkan? Rasanya tidak masuk akal, sama sekali tidak logis. Namun, Tyo juga kesulitan mengingat, apakah ada orang lain di tempat itu, yang mungkin menyelamatkannya, dan membawanya kabur dari si pembunuh, lalu membawanya ke rumah sakit. Dia hanya mampu mengingat, saat terakhir sebelum kehilangan kesadaran, pembunuh itu sedang berlari ke ke pintu untuk mengejar Diana dan Bejo, setelah itu segalanya gelap hingga akhirnya dia terbangun di sini dan mendapati wajah yang dikenalnya.

“Ndak usah terlalu banyak mikir, kamu belum pulih. Dokter bilang, kondisi kamu belum sepenuhnya lewat dari kritis. Jadi, istirahat saja dulu, ndak usah mengkhawatirkan apa pun.” Bayu bangkit dan menarik selimut menutupi sampai dada Tyo. “Jangan khawatir, penyamaran kamu belum terbongkar, kok. Kenapa saya bisa tahu nama kamu di geng, karena saya sempat tanya Kang Mus. Wajar tho, merasa heran melihat orang yang saya tahu adalah kadet paling rapi dan taat aturan, kok ya, bisa berpenampilan ala gangster?”

Tyo mengerjap lambat, berusaha setengah mati untuk bicara, meski tidak ada suara apa pun yang keluar dari mulutnya. Bayu tersenyum lembut.

“Saya sudah bilang, kan? Ndak ada yang perlu dikhawatirkan. Istirahat saja dulu, kamu harus pulih, kamu dibutuhkan oleh banyak orang. Mengerti?”

Diana, Sang Pemburu BadaiWhere stories live. Discover now