58. Rencana Utomo

1.4K 361 23
                                    

Met siang epribadeh!

Hari Rabu, waktunya ikutan bertualang sama Diana-Tyo. Langsung aja, cekidot.

BAGIAN LIMA PULUH DELAPAN: RENCANA UTOMO

“Beberapa perwira polisi yang sekarang nge-blunder dengan pernyataan mereka soal kita terlibat kasus narkoba itu adalah orang-orang yang sama dengan mereka yang pernah menjebak Pak Hadi dan kakaknya. Lo inget kasus penipuan milyaran rupiah yang tersangkanya itu kakak Pak Hadi? Kejadiannya sepuluh tahun lalu, setahun sebelum pemilu?”

Bejo mengerutkan kening, mencoba mengingat kejadian yang disebutkan Diana. “Uhm … gue masih mahasiswa baru waktu itu, belum terlalu ngikutin politik sih, Di. Kenapa?” tanyanya.

Diana menggoyangkan telunjuknya. “Pak Hadi ceritanya ikutan politik, dan dia membuat partai baru, terus berkoalisi dengan partai baru lainnya untuk bisa maju di pilpres. Nah, waktu itu lawannya memang berat banget, karena mereka didukung sama mayoritas.”

“Salah satunya yang sekarang jadi presiden kita?”

“Tepat. Waktu itu Pak Hadi dan rekannya menjajaki dulu, seberapa besar peluang mereka, enggak betulan pingin langsung naik. Mereka sadar kalau pasangan mereka itu enggak populer karena banyak isu, termasuk karena mereka dari kelompok minor. Tapi, entah kenapa, mungkin karena Pak Hadi termasuk orang berpengaruh dalam dunia bisnis, banyak pemilik modal berpikir untuk bergabung dan menciptakan sendiri pasangan presiden ideal versi mereka. Kayaknya, itu bikin banyak pihak takut kalau dia akan sampai maju sungguhan, terutama dari mereka yang dalam bisnis bersaing dengannya.

“Jadi mereka memanfaatkan isu yang cukup santer, soal etnis, dan mendesaknya sekalian dengan membuat semacam jebakan dan menaruh kakaknya sebagai pesakitan. Otomatis, itu memecah koalisi yang dibuatnya. Pasangannya dicuri, dan masuk ke pihak yang akhirnya menang, sedangkan dia tekatung-katung tanpa ada yang membelanya. Ditambah, mendadak ada isu kalau dia terlibat dengan kasus yang menjerat kakaknya.

“Waktu itu, Bapak adalah wartawan yang meliput serta menginvestigasi soal itu. Karena Bapak orangnya persisten, akhirnya publik melihat kalau apa yang menimpa Pak Hadi itu adalah jebakan yang sengaja dibuat untuk menjegalnya masuk dalam politik, dan banyak bersimpati. Entah gimana caranya, Bapak berhasil membuat kepala kejaksaan saat itu membatalkan tuntutan daripada nanti akhirnya malu sendiri, karena Pak Hadi memang enggak terlibat sama sekali. Kasus itu sendiri sebetulnya enggak ada. kakaknya pun dijebak orang. Karena bantuan Bapak itu, Pak Hadi merasa utang budi dan janji akan membalas dengan membantu kita, Jo.” Diana menutup penuturannya sambil menatap Bejo dengan semringah yang sempat hilang dari sorot matanya selama beberapa hari ini.

Bejo mengangguk-angguk. “Wah … ternyata ada semacam hubungan antara bokap lo sama bos kita, ya?”

“He’eh, gue juga baru tahu.”

“Bagus, deh. Seenggaknya, ada orang kuat juga di belakang lo, Di. Pasti kasus ini enggak akan bisa ditutupi kalo mereka udah nge-back up elo.”

Diana mengangguk. ”Iya, semoga aja, Jo.”

Ya, semoga saja. Jadi, pengorbanan ibunya, Tyo, juga Bambang serta Saskia tidak akan sia-sia. Mereka yang melakukan semua kejahatan itu demi uang dan kekuasaan, sudah seharusnya diadili.

*****

Setelah penundaan pertemuan beberapa kali, sore itu Bram menutup pembicaraan bersahabat hari itu dengan janji untuk membantu pengusaha muda di depannya sambil mengulas senyum hangat. Dia bangkit dan menepuk bahu Roberto Bulaeng, menyalaminya hangat, lalu mempersilakannya untuk meninggalkan tempat itu. Saat pria muda menawan itu menghilang di balik pintu ruang duduk tempatnya menjamu, Bram menatap Tina yang selalu siap seperti biasa.

Diana, Sang Pemburu BadaiWhere stories live. Discover now