Bab 2

35.4K 2.9K 15
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan Koment Dulu, Ya!!

Pusat perbelanjaan yang dikunjungi Riri dan Andin berada tidak jauh dari apartemen Riri. Dari awal tujuan Riri ke mall ini hanya untuk menemani Andin saja. Jika bisa memilih, dia lebih suka tidur santai saja di apartemennya. Menurutnya akhir pekan adalah waktu untuk beristirahat dengan santai di kamarnya, bukan untuk pergi berbelanja yang menguras tenaga dan isi dompetnya. Berbeda dari Andin yang tujuan dari awal adalah untuk berbelanja menghibur diri dari siang hingga sore, masuk dari satu toko ke toko lainnya, Riri memilih hanya menemani Andin saja.

Namun setelah mengelilingi mall beberapa jam Riri akhirnya sudah tidak memiliki tenaga lagi. Dia yang melihat Andin akan masuk ke toko sepatu untuk kesekian kalinya, menghentikan Andin.

"Ini udah toko kesekian. Gue capek, mending kita istirahat dulu." Suaranya terdengar sedikit kesal dan lelah. Ternyata tekadnya untuk menemani Andin kalah kuat dengan semangat Andin untuk berbelanja.

Andin menyengir ketika melihat raut wajah Riri, "Hehe, Maaf Ri. Gue kalap belanja mumpung duit lemburan mengalir deras. Kita makan aja dulu." Ekspresi lelah di wajah Riri membuat Andin tidak tega menyeret Riri ke dalam toko lagi.

Mereka akhirnya memutuskan untuk makan di salah satu restoran korea yang cukup terkenal di mall itu. Riri dan Andin sama-sama memiliki kecintaan pada makanan korea sehingga ketika mereka sedang jalan-jalan, mereka lebih sering memutuskan makan di restoran korea.

"Gue rasa ada untungnya gue sering lembur. Walaupun badan gue jadi jompo setidaknya duit di rekening bikin gue bahagia." Andin tersenyum bahagia melihat barang belanjaannya.

"Kaki gue juga jadi jompo nemenin lo belanja." Riri melirik tas belanjaan Andin. Dia memijat betis kakinya yang terasa pegal akibat mengelilingi mall bersama Andin.

"Makasih Riri tersayang. Sekarang sebagai kompensasi atas kesediaan lo, hari ini gue yang traktir."

"Jangan nyesel ya. Gue lapar banget." Riri memesan berbagai jenis makanan yang dia gemari.

Suasana di restoran korea yang mereka datangi cukup nyaman. Tidak terlalu banyak pengunjung, mungkin karena ini masih belum masuk jam makan malam.

Setelah menunggu beberapa saat pesanan mereka pun datang. Di depan berbagai makanan favoritnya tersebut Riri makan dengan lahap. Mereka makan sambil membahas belanjaan yang di beli Andin.

"Ri, Coba lu nengok kebelakang." Andin tiba-tiba berkata dengan suara pelan. "Ganteng banget." Andin mengalihkan perhatiannya ke salah satu meja di belakang Riri.

"Apaan?"

"Katanya nggak mau berharap lagi dari laki-laki?" Riri mengatakannya dengan acuh tak acuh. Lebih memilih melanjutkan makannya. Dia sudah terbiasa dengan tingkah Andin, yang selalu tidak bisa mengalihkan pandangannya jika melihat laki-laki tampan.

"Kan cuman buat cuci mata aja, tapi beneran deh wajahnya ganteng banget. Dari pakaiannya sih tipe laki-laki kelas atas, jadi pasti bukan gue seleranya." Andin masih berbicara dengan semangat sambil terus melirik ke belakang Riri.

"Tapi kayaknya gue pernah lihat, mukanya nggak asing. Di mana ya?" Andin berusaha mengingat di mana dia pernah melihat laki-laki itu. "Nggak mungkin gue bisa lupa gitu aja kalau gue kenal cowok seganteng itu."

Riri yang penasaran pun ikut menoleh untuk melihat laki-laki yang dibicarakan Andin. Dia mengamati beberapa meja di belakangnya, mencoba mencari laki-laki yang dimaksud Andin.

"Yang mana sih?" Riri bertanya kepada Andin karena tidak tahu dimana Laki-laki yang dimaksud Andin.

"Itu loh Ri, yang duduk bertiga. Tiga-tiganya ganteng sih. Tapi maksud Gue yang pakai kemeja biru."

Bekas Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang