Bab 18

23.2K 2.2K 32
                                    

Selamat Membaca. Thanks Buat Vote dan Komennya!!

Ting Tong Ting Tong

Helaan nafas keluar dari bibirnya, dia bangun dari duduknya dan melangkah membuka pintu apartemennya.

"Selamat malam, permisi saya ingin mengirimkan bunga pesanan untuk Bu Riri." Ucap kurir yang sudah beberapa kali muncul di apartemennya.

"Bukannya saya sudah bilang untuk jangan mengirim lagi." Ucap Riri dengan nada lelah.

"Tidak bisa begitu mbak, tolong terima bunganya. Nanti saya yang dimarahi." Ucap kurir itu dengan nada memohon.

Riri tersenyum datar berusaha bersabar, mengambil buket bunga yang diulurkan oleh Kurir tersebut.

"Terimakasih mbak." Ucap kurir tersebut senang. Karena Riri yang beberapa kali menolak bunga yang diantarkannya.

Setelah kurir itu pergi Riri menatap pintu unit di sebelahnya yang sudah 5 hari ini tertutup. Kemudian memutuskan masuk kembali ke apartemennya dengan membawa buket bunga yang kali ini berisi mawar merah. Melihat kembali ke meja ruang tengahnya yang sudah penuh dengan tumpukan bunga.

Riri tidak tahu harus bagaimana, Bayu sudah menghilang selama 5 hari ini. Riri telah beberapa kali menekan bel unitnya untuk mengembalikan Bunga-bunga yang dikirimnya, tapi sang pemilik apartemen tidak muncul.

Sedikit rasa khawatir menyusup di hatinya. Tidak mungkin kan Bayu menghilang secara tiba-tiba. Dia bahkan masih mengrimkan secara rutin Bunga-bunga itu lewat kurir. Sebelumnya bunga-bunga yang diterimanya di apartemen tidak dikirim lewat kurir namun Bayu yang meninggalkannya di depan unitnya.

Apa mungkin Bayu sudah menyerah?

Riri menekan dadanya. Sesak. Dia tidak tahu kenapa. Sebelumnya Bayu berkata akan terus berusaha namun dia menyerah semudah ini?

Riri menggelengkan kepalanya, bukanya ini yang dia inginkan. Sebelumnya bukanya dia sudah menduga salah satu diantara mereka akan menyerah. Tapi membayangkan Bayu menyerah padanya seperti dia menyerah pada Bayu menyakitinya.

Kebimbangan ini selalu mengusiknya. Jika mereka tidak kehilangannya, apakah mereka akan sangat bahagia sekarang?

*****

Bayu menatap rumah di depannya dengan pandangan kosong. Rumah yang menyimpan memori tentang bagaimana sepasang manusia saling berbagi harapan, impian, dan luka.

"Pak Bayu, Ayo masuk pak, sudah lama sekali tidak pulang pak." Ucap pak Dino, satpam yang menjaga rumah tersebut.

Pulang?

Benar. Ini adalah rumahnya tempat dia harusnya pulang namun sekarang rumah itu tidak berani dia singgahi karena hanya akan membangkitkan sepi. Karena tujuannya untuk pulang sudah tidak ada di sana menunggunya.

"Iya, terimakasih pak." Ucap Bayu sambil tersenyum sopan.

Memasuki halaman rumah tersebut memori itu semakin kuat, senyum yang menyambutnya di depan pintu terbayang di kepalanya. Senyum yang menghapus lelahnya. Rumah itu dibangun ketika Bayu masih menjadi manager di Graha Company. Beberapa usaha juga baru dirintisnya.   Rumah dua lantai itu tidak begitu besar. Cukup untuk keluarga kecil tinggal bersama. Itulah yang dia pikirkan ketika membangun rumah tersebut.

Mimpi yang tidak terwujud karena sekarang rumah itu tidak memiliki penghuni dan hanya menjadi rumah kosong. Dia tetap menjaga rumah tersebut menyewa asisten rumah tangga dan satpam untuk menjaga rumah tersebut tetap terawat.

Ketika dia masuk ke dalam rumah, keadaan rumahnya tetap sama karena dia meminta sang ART untuk tidak mengubah posisi barang-barang di rumah. Foto pernikahan mereka masih tergantung di tengah ruangan. Dengan senyum Riri yang tidak pernah dilihatnya lagi sampai sekarang.

Bekas Luka Where stories live. Discover now