Bab 24

25K 2.5K 97
                                    

Happy reading!!!!

Riri menatap hujan yang membasahi jalanan dari kaca jendela mobil Denis. Denis ataupun teman-temannya tidak menyinggung alasan Riri menangis, mereka bahkan tidak bertanya tentang hubungannya dengan Bayu. Sikap mereka masih sama seperti biasanya, Tidak memperdulikan gosip yang menyebar tentang Riri. Dia bersyukur mereka bersikap seperti itu, walaupun dia tahu mereka juga penasaran tentang hubungannya dengan Bayu.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di depan gedung apartemen Riri. "Thanks yaa, hati-hati di jalan." Ucap Riri.

"Tunggu dulu." Ucap Denis keluar terlebih dahulu, membuat Riri mengerutkan keningnya heran. Tidak butuh lama pintu mobil di sampingnya terbuka. Denis menunggunya dengan payung yang diambilnya dari bagasi mobilnya.

"Gue antar ke lobi ya. Hujannya deras banget." Denis mendekatkan payung itu ke arah Riri yang akan keluar dari mobil.

Riri hanya menganggukkan kepalanya. Berjalan dengan Denis yang merangkulnya mendekat, ukuran payung yang dimiliki Denis memang tidak terlalu besar.

Ketika Riri mengangkat kepalanya dia melihat siluet seorang laki-laki yang sedang berdiri sambil memegang payung. Riri tidak dapat melihatnya dengan jelas karena hujan yang cukup deras. Laki-laki itu berdiri di depan gedung apartemennya, ketika Riri akhirnya sampai dia baru mengenali siapa laki-laki itu. Laki-laki itu menatap Riri dalam, tanpa memperdulikan Denis yang berada di sampingnya. Tatapannya kemudian tertuju pada rangkulan Denis, rahangnya terlihat mengeras. Dia mengamati kondisi Riri dari atas sampai bawah baru kemudian menatap Denis yang ada di sampingnya.

"Terimakasih telah mengantarkan Riri." Ucapnya dengan raut wajah datar yang tidak menunjukan rasa terimakasih. Bahkan Riri bisa merasakan itu, apalagi Denis.

Denis mengernyit, "Saya hanya mengantarkan teman saya, jadi pak Bayu tidak perlu mengucapkan terimakasih."

Bayu menatap tajam Denis.

"Denis, sekali lagi thanks ya. Hujannya deras, jadi lo hati-hati ya." Riri ingin menyudahi suasana tidak nyaman ini.

Denis tersenyum pada Riri. "Oke, gue balik ya." Lalu berkata pada Bayu, "Saya tahu saya tidak berhak mengatakan ini. Namun saya harap pak Bayu tidak menimbulkan masalah untuk Riri." Denis langsung pergi setelah mengatakan hal itu.

Bayu meraih tangan Riri yang sudah berjalan tanpa menunggunya. "Apa maksudnya? Terjadi sesuatu?"

Riri menatap Bayu, melepaskan tautannya."Bukan hal penting." Riri tidak ingin menjelaskan apapun pada Bayu. Rasanya seperti mengadu.

"Bagiku semua hal tentang mu itu hal penting. Katakan Ri, aku tidak ingin orang lain mengetahui masalah mu sementara aku tidak."

"Itu tidak mungkin. Kamu jelas tahu apa masalah ku." Riri menatap Bayu yang berdiri di sampingnya. "Karena kamu adalah masalahku. Dan kenapa kamu bersikap seperti ini?"

"Bersikap seperti apa maksudmu?"

"Bersikap seperti orang bodoh. Berdiri menunggu ku tanpa tahu kapan aku akan datang. Berusaha tersenyum padahal aku tahu kamu sedang marah." Ucapnya menyandarkan diri di lift. Entahlah, Riri tidak tahu bagaimana lagi untuk merespon Bayu. Tangan Bayu yang menyentuhnya tadi sangat dingin, jelas sekali dia sudah menunggu Riri cukup lama saat hujan. Bahkan Riri juga tahu bahwa Bayu sebenarnya ingin marah pada Denis yang merangkulnya namun menahan dirinya.

"Lalu kamu ingin aku bersikap seperti apa? Marah padamu? Atau Laki-laki itu? Padahal aku tidak punya hak?" Bayu tersenyum miris. "Lalu aku menunggumu bukan karena aku bodoh Ri. Aku melakukan itu karena tidak ada hal lain yang bisa kulakukan. Bukannya aku sudah berkata sebelumnya, kamu tidak perlu berbuat apapun. Aku yang akan berusaha memperbaiki segalanya."

Bekas Luka Where stories live. Discover now