Bab 28

23.8K 2.8K 67
                                    

Hai Semuanya!!!

Thanks Buat Vote dan Komen nya yaa!!!!

Thanks juga buat Readers yang selalu mengikuti ceritaku dari awal, walaupun ceritanya masih banyak typo.

Happy Reading!!!

Hiruk pikuk lingkungan sekitarnya tidak menggangu Riri, suara ramai dari orang-orang hanya seperti latar untuknya. Genggaman tangannya pada gagang koper kecil di tangannya menguat. Riri merasa gelisah. Meski sudah menyiapkan hati dan berlari sejauh mungkin, kota ini masih menyimpan banyak memori untuknya. Kota ini merupakan tempat Riri memutuskan pergi tanpa pikiran untuk kembali. Namun sekarang dia melangkah kembali dengan kedua kakinya sendiri.

Hanya dalam waktu beberapa tahun banyak yang berubah dari tempat ini, begitu pun dalam hidup Riri. Rasanya asing, dia menghabiskan 27 tahun hidupnya di kota ini, namun tempat ini terasa asing. Berdiri di depan stasiun kereta Riri menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan dan pemandangan kota Jogja.

Rasanya lucu sekali. Riri pergi untuk menyembuhkan dirinya, lari dari luka yang disebabkan oleh kehilangannya. Berpikir bahwa pergi akan menyembuhkan segala lukanya. Riri melirik pergelangan tangannya, bukti kebodohannya dimasa lalu. Sudah sembuh, tidak ada lagi darah ataupun rasa sakit. Yang tertinggal hanya bekas luka saja.

Setelah mengambil cuti selama 5 hari, Riri memutuskan untuk kembali ke kota ini. Mencoba menghadapi kembali semua masa lalunya. Seharusnya sudah dia lakukan sejak dulu. Tadi malam dia akhirnya menghubungi kembali psikiaternya, padahal selama setahun terakhir Riri sudah tidak pernah lagi menghubungi psikiaternya. Saat itu dia merasa sudah sembuh. Namun kedatangan Bayu menunjukan bahwa dia sama sekali belum berdamai dengan masa lalunya. Akhirnya setelah berdiskusi dengan psikiaternya Riri mengumpul keberanian untuk kembali ke kota ini. Namun semua hal memang tampak lebih mudah ketika dipikirkan, karena sekarang Riri ingin memutar tubuhnya, kembali ke dalam stasiun dan kembali ke Jakarta.

Butuh waktu 30 menit untuk Riri akhirnya berangkat memesan taksi online yang akan mengantarkannya ke tujuan pertamanya di kota ini.

*****

Bangunan di depannya sudah banyak berubah, jauh lebih bagus dibandingkan dulu. Cat dindingnya sudah dihiasi mural yang digambar indah, bahkan ada bangunan yang baru saja dibangun. Ketika masuk tatapan dari beberapa anak melirik kepadanya.

Panti asuhan permata harapan, tempat Riri tinggal selama hampir 18 tahun. Memasuki lebih dalam berbagai memori tentang masa kecilnya teringat, akan cukup indah jika hanya ada memori tentang tempat ini. Namun hidupnya tentu tidak sepenuhnya berada di sini. Banyak momen yang akhirnya menyadarkan Riri bahwa anak-anak yang tinggal di panti asuhan sepertinya berbeda dibanding anak-anak yang memiliki orang tua lengkap.

Ada satu momen yang masih teringat sampai sekarang. Riri ingat ketika dia kelas 3 SD, saat salah satu teman sekelasnya merayakan ulang tahun dengan mengundang anak-anak dari panti asuhan. Riri tidak berdiri bersama teman-teman sekelasnya namun berada di bagian anak dari panti asuhan. Saat itu dia menyadari betapa berbedanya dia.

Saat masuk lebih dalam akhirnya di temuinya sosok yang dirindukannya, senyum yang jarang merekah di bibirnya terbit ketika melihat sosok itu.

Mata sosok yang menyadari kedatangan Riri membulat terkejut, sebelum mendekat dengan cepat dan meraihnya ke dalam pelukan, "Kenapa baru datang sekarang?Tega-teganya nggak ngabarin ibuk selama ini. Kamu nggak tahu gimana khawatirnya ibuk selama ini." Ucapnya sudah meneteskan air mata memeluk Riri.

Bekas Luka Where stories live. Discover now