Bab 15

25.3K 2.5K 45
                                    

Selamat membaca!! Thank you buat semua vote dan komennya ya.

Riri menatap laki-laki di depannya dengan tatapan kesal. Sekretaris laki-laki itu sudah keluar setelah mengantarnya masuk, sehingga tinggal mereka berdua dalam ruangan ini. Dia benar-benar enggan untuk masuk ke ruangan Direktur Pemasaran Graha Food tersebut. Selama 3 hari sejak kejadian itu dia menghindari Bayu, rencana yang tentu saja gagal, karena pekerjaan mengharuskannya menemui Bayu.

Seringai menyebalkan muncul di wajah Bayu, "Silahkan duduk, apa ada yang perlu dibicarakan lagi? Saya rasa konsep iklan sudah final." Belum sempat Riri duduk Bayu sudah bertanya.

Riri tersenyum sopan berusaha bersikap profesional, Bayu disini adalah kliennya. "Saya ingin membahas masalah pergantian model yang tiba-tiba, kita sudah melakukan tanda tangan kontrak sehingga membutuhkan waktu lebih lama jika harus mencari model baru."

"Tidak masalah, konsepnya tetap sama hanya perlu mencari model yang lebih cocok." Bayu menjawab santai.

"Itu akan membutuhkan waktu dan membuang biaya akibat pembatalan kontrak sepihak." Riri menahan kekesalannya.

"Hanya itu? Tidak masalah." Ucap Bayu seolah tidak peduli.

Kesabaran Riri habis, "Jangan konyol, kenapa kamu melakukan hal ini?" Minggu depan mereka akan memulai pengambilan gambar untuk iklan, tidak mungkin mengganti model secara tiba-tiba.

Bayu menatapnya lekat, "Bukanya kamu tidak nyaman bekerja dengan Fellisa?"

Riri tertegun sebentar, tidak habis pikir dengan alasan Bayu. Dia memang tidak suka dengan Fellisa, tetapi dia tidak bisa membiarkan masalah pribadi mempengaruhi pekerjaannya. "Hanya itu alasannya?"

"Bukanya itu cukup." Ucapnya datar.

Riri menarik nafas untuk meredam emosinya. "Berarti kita tidak perlu mengganti modelnya, aku akan lebih tidak nyaman jika kamu melakukan itu."

Bayu mengerutkan kening, "Kamu yakin?"

"Iya."

Bayu terlihat berpikir sebentar sebelum menganggukkan kepalanya. "Baik itu terserah kamu." Dia hanya tidak ingin Fellisa membuat Riri tidak nyaman. Namun jika dia memaksakan hal itu, Riri tidak akan menyukainya.

"Berarti masalah sudah selesai, saya pergi sekarang."

"Siapa yang bilang sudah selesai? Kita belum membahas hubungan kita."

Riri mengerutkan dahi. "Apa maksudmu? Kita nggak punya hubungan apa-apa."

"Setelah kamu menciumku?"

"Kamu yang menciumku duluan!"

Bayu tersenyum geli, "Itu benar, tapi kamu juga membalas ku."

"Itu hanya ciuman!"

Bayu mengelus dagunya, "Jadi kita bebas berciuman sekarang?" Ucapnya santai.

"Maksudku lupakan saja! Bersikap seperti tetangga pada umumnya." Riri hampir meledak sekarang menghadapi Bayu.

"Bagaimana bisa? Mana ada tetangga yang berciuman begitu panasnya. Atau kamu ingin hubungan tetangga yang seperti itu? Aku tidak keberatan."

Riri melotot pada Bayu sangat dongkol dengan perkataan Bayu, "Kamu..kamu.." Namun dia tidak bisa mengatakan apapun saling kesalnya.

Dia langsung bangun, keluar dari ruangan Bayu tanpa memperdulikan Bayu yang merupakan kliennya. Tawa kecil Bayu sempat masuk ke telinganya sebelum pintu itu tertutup.

Sialan.

******

Riri menatap beberapa kru di PH atau production house tempat mereka akan memproduksi iklan untuk Graha Food. Invo advertising sudah sering bekerja sama dengan PH ini dalam menggarap iklan. Beberapa staf terlihat kesal, proses produksi seharusnya sudah dimulai dari 30 menit yang lalu namun Fellisa masih di rias karena terlambat datang. Sekarang dia cukup menyesal, seharusnya modelnya diganti saja.

Bekas Luka Where stories live. Discover now