Bab 19

23.6K 2.4K 104
                                    

Thanks Buat Vote dan Komennya!!

Happy Reading!!

Drrt..Drrt....

Bunyi hp nya terdengar beberapa kali membangunkan Bayu yang sebelumnya masih tertidur lelap. Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menghalau kantuk. Wajah Riri yang masih tertidur lelap adalah hal pertama yang dilihatnya ketika membuka mata. Dia mengecup kening istrinya itu sebelum kemudian meraih hp nya yang terus berbunyi.

Keraguan muncul ketika melihat nama yang muncul di layar hpnya. Bayu memutuskan tidak mengangkatnya Namun penelpon sepertinya belum menyerah, setelah panggilan kedua akhirnya Bayu mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo Bayu, hiks tolongin aku..hiks. Aku harus gimana? Hiks."

Suara tangis dari Cindy adalah hal yang pertama di dengarnya. "Kamu kenapa?" Bayu terkejut mendengar tangis itu namun tidak ada jawaban dari Cindy. "Kamu Dimana sekarang?" Bayu kembali bertanya. Barulah saat itu Cindy menyebutkan salah satu hotel yang berada di kota Jogja. Bayu bersiap-siap dengan terburu-buru karena cemas.

"Mas Bayu, mau kemana Mas pagi-pagi gini?" Tanya Riri yang baru terbangun.

"Ada masalah di kantor, mas harus pergi ke kantor sebentar." Jawabnya berbohong. Bayu tidak tahu kenapa dia harus berbohong. Bukanya Bayu hanya menemui Cindy. Tapi bibirnya otomatis mengatakan dusta itu. Rasa bersalah muncul namun diabaikannya.

**

Bayu masuk ke dalam kamar hotel tersebut dan menemukan Cindy yang sedang menangis terduduk di ranjang king size itu.

"Hei,,,,Cindy. Kenapa?" Cindy masih menangis dan tidak menjawabnya. "Ada masalah apa?" Di dalam kamar itu hanya ada koper Cindy yang belum terbuka.

"Bukanya kamu seharusnya lagi di New York sekarang?"

Cindy mengangkat kepalanya lalu memeluknya erat. Bayu tertegun sebentar sebelum melepaskan pelukan tersebut. Ini salah.

Cindy menundukkan lagi kepalanya, seolah ragu untuk mengatakan sesuatu. "Aku hamil. Sudah tiga Minggu." Ucapnya pelan.

Bayu tercengang, "Hah? Bagaimana bisa?" Cindy bahkan belum menikah. Dia pergi ke luar negeri untuk mengambil gelar masternya dan ini baru setahun lebih dia pergi. "Siapa ayahnya?"

Cindy kelihatan ragu, "Aku tidak yakin. Itu mungkin salah satu teman laki-laki ku." Ucap Cindy menggeleng.

"Sampaikan dulu pada orang tuamu. Biar ku antar."

"Nggak bisa. Ibu sakit, kamu tahu itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu karena ku. Ayah pasti akan sangat marah."

"Lalu kamu mau seperti apa?"

"Tidak bisa kah kamu menikahi aku? Ibu dan ayah pasti tidak akan terlalu marah."

Bayu membelalakan matanya, "Aku sudah punya istri. Dan kamu tahu pasti bahwa istriku adalah sahabatmu."

Cindy menatapnya kecewa, "Ini semua salah kamu Bayu, kenapa kamu begitu mudah menikah dengan Riri padahal kamu cinta sama aku. Kalau nggak gara-gara kamu yang menikah tiba-tiba, aku nggak akan merasa patah hati dan hidup seperti itu."

Bayu tercengang, "Kamu sendiri saat itu yang menolak ku dan bukannya kamu yang menyarankan ku untuk menikah dengan Riri." Dia tidak tahu kenapa Cindy bisa bersikap seperti ini.

"Kita sudah saling mengenal begitu lama, Jika kamu sangat mencintai aku, harusnya kamu biarkan aku hidup bebas dulu sebentar. Bukanya langsung menikah dengan Riri. Kamu juga tahu aku cinta sama kamu." Ucap Cindy marah.

Bekas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang