Bab 14

23.9K 2.2K 50
                                    


Selamat Membaca!!!

Berkali-kali Riri mencoba menjauh dari Bayu, bahkan baru tadi pagi dia meminta Bayu menjauh darinya. Namun sekarang dia bahkan tidak percaya pada dirinya sendiri yang justru datang dengan kedua kakinya sendiri. Raut wajah Bayu yang terkejut ketika melihatnya, semakin membuat Riri ingin memutarbalikkan tubuhnya dan kembali ke unitnya. Dia ingin mengabaikan Bayu begitu saja, namun tidak bisa. Anggap saja ini adalah balas Budi karena Bayu telah merawatnya sebelumnya.

Konyol. Bukankan itu hanya alasan.

Bayu menatap Riri dengan bingung, "Kamu ada perlu apa, Ri?" Dia meralat perkataannya. "Maksudku kamu nggak perlu ada urusan buat datang kesini, tapi..kenapa kamu datang?" Ucap Bayu berbelit-belit.

Riri mengabaikannya, mencoba terlihat tenang, "Aku nggak mau ada utang Budi karena kamu merawatku saat sakit, jadi obati lukamu." Dia menyodorkan kotak obat di tangannya. "Ambil." ucapnya ketika melihat Bayu masih berdiam diri, menatap kotak obat dan Riri secara bergantian.

Namun sepertinya Bayu tidak mau membiarkan dia pergi begitu saja, Bayu justru memanfaatkan kesempatan ini. "Jika kamu menganggapnya utang budi, setidaknya obati lukaku." Bayu minggir dari pintu dan mempersilakan Riri masuk.

Riri ragu, "Bukanya kamu bisa mengobatinya sendiri? Atau panggil saja dokter yang kamu hubungi tadi malam." Dia sekarang ingin kabur.

"Dokter itu mungkin sedang mengobati suaminya yang kondisinya sama sepertiku. Silahkan masuk." Memang benar bukan kondisi Rian sama sepertinya. Bayu mencoba menahan senyumnya ketika akhirnya Riri masuk ke apartemennya.

Riri tahu bahwa seharusnya dia tidak perlu masuk ke apartemen Bayu, dia hanya perlu mengabaikan Bayu. Bukan urusannya Bayu terluka atau tidak, tapi dia tidak bisa menahan dirinya untuk peduli. Seberapa jauh dan berapa lama pun dia pergi, Riri masihlah perempuan yang bodoh ketika berhadapan dengan Bayu.

"Duduk di sini Ri." Ucap Bayu sambil menepuk sisi sofa disebelahnya. Riri duduk agak menjauh dari Bayu dan meletakan kotak obat di pangkuannya.

"Aku akan langsung membersihkan luka di wajahmu." Dia mengeluarkan alkohol dan kapas untuk membersihkan luka di wajah Bayu.

"Auh.Akh...Pelan-pelan Ri perih banget." Riri membersihkan lukanya dengan cepat sehingga terasa lebih perih.

"Siapa suruh berkelahi." Gumam Riri. Luka-luka di wajah Bayu jelas-jelas karena berkelahi.

"Aku nggak berkelahi tapi dihajar."

Riri memutar matanya, "Nggak mungkin kan kamu di hajar tanpa sebab."

Bayu memasang wajah tidak terima, Dia memang dihajar tanpa sebab.

"Bukan sal-Auh..Auh..Sakit." Riri menekan luka di bibir Bayu dengan kapas.

"Angkat sedikit rambutmu." Riri ingin membersihkan luka robek kecil di dahi Bayu.

Dia membersihkan lukanya dengan kapas yang telah diberi alkohol, tanpa mengalihkan sedikitpun perhatiannya. Karena dia tahu bahwa Bayu sedang menatap lekat dirinya. Di luar dia terlihat tenang tapi sebenarnya dia sangat gugup, ini merupakan reaksi tubuh normalnya ketika berhadapan dengan Bayu.

Reaksi yang selama ini dibentengi dengan kebencian agar tidak lagi jatuh ke lubang yang sama. Dia tahu bahwa mudah bagi sosok Bayu untuk membuatnya patah kembali.

**

Keheningan menyelimuti mereka, namun Bayu tidak peduli, karena berada sedekat ini dengan Riri tanpa menerima tatapan benci dari Riri sudah membuatnya merasa amat bahagia. Dia tidak ingin merusak momen ini, namun tentunya waktu pasti berlalu. Riri menempel plester luka di dahinya. Sekarang dia merasa akan lebih baik jika dihajar lebih banyak.

Bekas Luka حيث تعيش القصص. اكتشف الآن