Bab 16

24K 2.3K 55
                                    

Thank you buat semua vote dan komennya ya.

Selamat membaca!!

Keheningan menyesakan yang tercipta itu bukan hal baru lagi bagi mereka. Namun ini baru pertama kalinya Riri mengungkit setiap rasa sakitnya, bukanya hanya menangis meratapi.

"Apa kamu tahu perasaanku saat berpura-pura tidak tahu kamu menemui Cindy?" Riri menghapus air matanya. "Aku merasa menyedihkan. Kehilangan kepercayaan diriku. Berkali-kali aku berkaca di depan cermin untuk melihat sebenarnya apa yang salah dariku."

Mereka saling menatap menyampaikan luka yang selama ini tersimpan.

"Setiap kali aku mendengar atau melihat kamu menghubungi Cindy tanpa ku ketahui, semakin rusak jiwaku." Riri tersenyum miris. "Bagaimana bisa laki-laki yang memeluk erat ku dan membisikan kalimat cinta padaku, ternyata tidak mencintaiku?" Perasaannya terasa hampa saat mengatakan itu.

"Kenapa begitu mudah bagi kalian untuk mempermainkan hidupku. Apa aku tidak berarti hingga kamu dan Cindy melibatkanku dalam kisah cinta kalian. Kenapa kamu menikah denganku jika kamu tidak mencintaiku."

Bayu meraih tangannya, menggenggam erat tangannya, matanya bergetar terguncang, Dia tahu bahwa Riri akan menanyakan ini. Dan Bayu tahu ini adalah satu-satunya kesempatannya untuk meyakinkan Riri.

"Aku tidak akan berhenti mengatakannya, Aku mencintaimu. Selalu seperti itu hingga sekarang."

"Pernikahan kita memang tidak ku mulai dengan benar. Tapi tidak pernah sekalipun aku berpikir bahwa aku menyesal menikah denganmu. Menikah denganmu adalah hal terbaik yang terjadi padaku. Cinta itu perlahan tumbuh seiring dengan pernikahan kita. Begitu kuat hingga kehilanganmu tidak akan pernah menjadi pilihanku. Tidak bisa kah kamu memberikan kesempatan untukku membuktikannya? Setidaknya membuktikan bahwa aku layak untukmu."

Riri ingin mempercayai Bayu, namun rasa sakit ini sudah terlalu lama tinggal hingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari hidupnya. Selain itu yang hilang tidak dapat kembali.

Riri hanya terdiam dan melepaskan genggaman Bayu. Berbalik menatap kearah jendela. Riri tahu dia masih mencintai Bayu tapi ketakutan akan cinta itu masih mengikutinya. Cintanya membuatnya lupa untuk mencintai dirinya sendiri. Dia mencintai Bayu lebih dari cintanya pada dirinya sendiri dan itu menghancurkannya. Sosok yang paling dibencinya adalah dirinya sendiri bukan Bayu ataupun Cindy. Manusia bodoh yang dibutakan cinta.

"Bukanya sudah kukatakan jika hanya itu aku bisa memaafkanmu, tapi bagaimana dengan bayiku Bayu? Bagaimana dengan belahan jiwaku yang hilang?" ucapnya menatap langit malam yang sepertinya lebih cocok untuknya. Bayi ya mereka kehilangannya. Saat itu dia baru mengerti apa itu sakit hingga ingin mati.

Denyut perih menyebarkan ke seluruh tubuhnya. Dilihatnya dari kaca jendela mobil, wajah bayu menegang, sama sepertinya. Mereka membisu sama-sama tidak mampu mengorek luka tentangnya. Mereka adalah manusia-manusia kesepian yang begitu menantikan kehadirannya.

Riri menenangkan dirinya, dia tidak boleh larut dalam penderitaan ini. "Turun! Biar aku yang menyetir." Tidak ada jawaban dari Bayu, hanya ada bunyi pintu mobil terbuka, Riri dan Bayu memutuskan bertukar tempat. Tidak mungkin dia membiarkan Bayu menyetir dengan kondisi seperti itu.

Riri fokus menatap jalan. "Kita ke rumah sakit, kamu harus diobati." Ucapnya tanpa menoleh pada Bayu terus menatap jalanan di depannya. Tidak ada jawaban namun dia bisa tahu bahwa Bayu terus menatapnya.

*****

Tidak sampai 15 menit mereka sampai di rumah sakit terdekat, Riri menatap Bayu yang sedang di perban oleh Dokter jaga di IGD rumah sakit. Luka di kepala bayu harus menerima beberapa jahitan. Tetapi Bayu bahkan tidak terlihat kesakitan seperti mati rasa matanya kosong. Ketika dokter menyarankan untuk rawat inap Bayu menolaknya, Bayu kelihatan sangat enggan berada di rumah sakit.

Bekas LukaWhere stories live. Discover now