Bab 26

25.2K 2.5K 153
                                    

Halo Semua, Thanks Buat Vote & Komen nyaa!!!!!

Happy Reading!!!!!

Jijik? Entahlah. Rasanya Riri lebih jijik pada dirinya sendiri, yang begitu bodoh saat itu. Nyatanya dia masih bisa melewati malam panas dengan Bayu, tetapi tidak sanggup menatap dirinya sendiri di cermin. Dia kehilangan kepercayaan dirinya.

Riri memiliki banyak emosi yang ditahannya ketika Bayu membiarkan Cindy berada di tengah pernikahan mereka. Terkadang marah, takut, kemudian benci, berganti menjadi sedih. Namun setiap hal itu tidak menghapus cintanya pada Bayu. Dia masih mencintai Bayu sama besarnya.
Dia justru membenci dirinya sendiri.

"Aku menahannya karena itu satu-satunya hal yang bisa kulakukan. Apa dengan marah mereka akan berhenti bicara? Sama seperti saat kamu membohongi ku. Aku menahan diri karena itulah satu-satunya hal yang bisa kulakukan. Apa dengan marah semua akan berubah?"

Bayu tersenyum miris, "Aku tahu aku tidak berhak marah. Aku yang berbohong. Aku juga yang membuatmu kehilangan bayi kita. Semua salahku hingga kamu tidak bisa merasakan cinta yang kurasakan untukmu. Tapi marah adalah hak mu. Salahkan aku seutuhnya jangan bersikap seakan itu adalah salahmu."

Riri memejamkan matanya, rupanya Bayu menyadarinya. Entahlah sepertinya ada yang salah dengan dirinya. Ada bagian dalam dirinya yang merasa bahwa kehilangan bayinya adalah salah Riri sendiri. Bukankah dia cukup sial untuk mempengaruhi orang di sekitarnya. Semua orang disekitarnya tidak bahagia.

Ada satu rahasia yang tidak pernah Riri ceritakan pada siapapun, termasuk Bayu. Riri pernah diadopsi, tidak lama, mungkin hanya beberapa bulan. Riri tidak terlalu ingat, pada saat itu Riri mungkin baru berusia 5 atau 6 tahun. Hanya ada kenangan singkat karena orang tua angkatnya meninggal dalam kecelakaan tidak lama setelah mengadopsinya. Tentu sanak saudara dari orang tuanya tidak ingin merawatnya yang hanya anak angkat. Setelah itu dia kembali lagi ke panti asuhan, tempat yang lebih cocok untuk dirinya. Kisah singkat yang membuat Riri tidak mengharapkan lagi untuk diadopsi. Bukan kisah yang indah untuk diceritakan.

Hidupnya masih terus berjalan setelah itu, dia masih terlalu kecil untuk mengerti kesedihan ditinggalkan oleh orang tua yang baru beberapa bulan merawatnya.

Ketika kehilangan bayinya, rasanya setiap memori hidupnya diputar kembali. Saat itu dia mulai berpikir, dialah penyebab bayinya meninggal. Jika dia sedikit berhati-hati mungkin bayinya akan baik-baik saja. Perandaian itu sering muncul dibenaknya. Perandaian yang tidak berguna karena tidak akan mengubah apapun. Untuk itu dia butuh Bayu. Jika dia memaafkan Bayu, lalu siapa yang akan disalahkannya setelah itu. Dia mungkin akan kembali menyalahkan dirinya sendiri.

Melihat Riri hanya diam saja Bayu merasa hatinya teriris, dia meraih tangan Riri, "Kumohon jangan seperti ini, kamu selalu membuat ku takut ketika bersikap seperti ini." Dia pernah mengalami ketakutan kehilangan Riri. Ketakutan itu akhirnya membuat Bayu memilih mengakhiri rumah tangga mereka. Gemetar diseluruh tubuhnya saat itu terjadi masih menjadi kenangan yang akan terus melekat dalam hidupnya.

"Lalu aku harus bagaimana?" Ucap Riri lelah.

Bayu mendekat dan memeluk Riri, "Lakukan semua yang ingin kamu lakukan. Jangan menahan dirimu lagi. Marahlah jika disakiti, bahkan padaku. Bukannya aku sudah bilang akan menerima semuanyaa." Bahkan ketika dia memeluk Riri seperti ini, dia masih merasa akan kehilangan Riri.

Mimpi buruk itu masih kerap datang, jadi tidak mungkin dilupakannya.

*****

"Lo nggak kenal dukun santet?"

"Hah? Maksudnya?" Terkadang isi otak Andin benar-benar tidak bisa tertebak. Topik pembicaraan dengannya terlalu sering melompat-lompat hingga Riri kesulitan memahaminya, seperti saat ini. Ini adalah pertama kalinya Riri menjelaskan penyebab perceraiannya dengan Bayu. Matanya bahkan sudah memerah ingin menangis ketika menceritakan hal tersebut, namun Andin justru menanyakan dukun santet.

Bekas Luka Where stories live. Discover now