Bab 5

32.8K 2.7K 20
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan Komen Dulu, Ya!!

Riri menatap gedung di hadapannya dengan tatapan kosong, Dia tidak ingin melangkahkan kakinya. Beberapa kali sempat terlintas dalam pikirannya untuk membalikan tubuhnya dan melangkah pergi.

Namun, dia tahu bahwa satu-satunya pilihan yang dimilikinya saat ini adalah terus melangkah ke depan, kecuali dia ingin mengacaukan kontrak kerja sama dengan Graha Food. Yang tentu saja mungkin berakhir dengan pemecatannya.

Dia tidak sepenting itu dibanding kontrak bernilai miliaran ini.

Seharunya yang berhubungan langsung dengan pihak Graha Food namun Riri tidak tahu kenapa Pak Beni menugaskannya. Setelah memantapkan pilihannya, Riri melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung perkantoran Graha Food.

Melangkah menuju resepsionis yang setia tersenyum ramah, tidak perduli apakah dia sedang ingin tersenyum atau tidak. Seperti kondisinya saat ini.

"Permisi, Ada yang bisa dibantu?"

"Saya dari Invo Advertising, ada janji temu dengan Pak Bayu Pramesta." Senyum ramah resepsionis itu tidak dibalas olehnya. Dia benar-benar sedang ingin tersenyum palsu saat ini.

"Baik bu, bisa langsung menuju ke ruangan Pak Bayu yang berada di lantai 12" Resepsionis itu menunjuk kearah lift, sembari terus tersenyum sopan.

Riri berjalan menuju lift yang di dalamnya telah diisi oleh dua orang wanita. Sepertinya mereka merupakan staf dari Graha Food, terlihat dari nametag yang tergantung di lehernya.

Riri tidak menekan tombol lantai di lift, karena mereka sudah menekannya terlebih dahulu, sepertinya tujuan mereka sama.

Pembicaraan dari dua wanita itu terdengar oleh Riri.

"Serius sekretaris Pak Bayu ganti lagi? Selama enam bulan ini dia udah dua kali ganti sekretaris."

"Katanya gara-gara dia di tolak Pak Bayu, sebenarnya dia berhenti bukan karena dipecat sama Pak Bayu, tapi dia mengundurkan diri karena malu."

"Gue juga nggak sanggup jadi sekretaris Pak Bayu, Gimana coba caranya nolak pesona pak Bayu."

"Makannya, sekarang pak Bayu akhirnya milih sekretaris laki-laki."

"Sebelumnya bukannya pak Bayu kerja di Graha Company, kan? Kenapa dia ke Graha food sekarang? Gajinya kan lebih gede di pusat?"

"Lo nanya ke gue? Terus Gue nanya ke siapa kalau gitu? Emangnya diantara kita ada gitu yang cukup akrab buat nanya ke pak Bayu alasan dia pindah kesini." Wanita itu berkata dengan nada sinis pada temannya, "Lagian gajinya sebagai direktur lebih gede dibanding gaji tahunan kita, gue juga denger dia punya beberapa kafe sendiri. Jadi, duit dia pasti udah banyak. Mungkin aja dia memang lebih tertarik pindah kesini."

Kedua wanita itu sedang membahas tentang Bayu, sebenarnya Riri ingin menulikan telinganya, tidak ingin peduli pada pembicaraan tersebut.

Tapi, nggak mungkin kan Riri menyumpal mulut mereka agar mereka nggak bersuara lagi.

Nama laki-laki tersebut ternyata masih menimbulkan riak di hatinya, yang dia kira sudah lama kebas. Wajar saja, nama itu pernah menjadi pusat dunianya, sebelum dia merenggut hal paling berharga yang pernah dimiliki Riri.

Pembicaraan kedua wanita itu baru berhenti ketika mereka sudah sampai di lantai 12. Riri langsung menuju meja sekretaris yang langsung terlihat ketika baru saja memasuki lantai tersebut, letaknya tidak jauh dari lift. Lantai tersebut sepertinya merupakan lantai yang ditempati oleh para eksekutif perusahaan ini.

Bekas Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang