Bab 21

23.8K 2.4K 103
                                    


Happy Reading!!!

Suara telepon di hp Bimo mengalihkan perhatian Bimo dari makanan yang baru saja dipesan oleh Rian. Melihat nama di layar hp nya, dia melirik ke arah Bayu. "Cindy nelpon gue. Perlu gue angkat?" Tanyanya pada Bayu yang masih merokok.

Bayu mengerutkan dahi, "Matikan." Dia benar-benar tidak ingin berhubungan dengan Cindy.

Suara telepon itu tidak berhenti. Terus begitu berulang-ulang.

"Angkat aja siapa tahu penting." Ucap Rian pada Bimo.

Bimo kemudian mengangkat telepon dari Cindy, dan menyalakan speaker di hp nya.

"Bim, Lo dimana sekarang? Minta Bayu berhenti blokir gue. Gue pengen ngomong sama dia." Ujar Cindy terburu-buru.

Bayu menggelengkan kepalanya, Bimo mengerti maksud Bayu.

"Bayu pasti nggak bakal mau Cin. Udah lo berhenti ganggu Bayu. Lo nggak bosan ganggu dia." Bimo menatap Bayu yang masih tidak melirik sama sekali pada telepon itu.

"Ini penting! Gue udah ada di lobi apartemen Bayu. Sekarang telpon Bayu, bilang gue udah di apartemennya." Suara Cindy terdengar sangat kesal.

Bayu langsung mengalihkan perhatiannya pada hp Bimo, wajahnya mengeras, terlihat sekali kemarahannya karena kedatangan Cindy ke apartemennya.

Bayu meraih hp itu kemudian berkata dengan tajam. "Kenapa kamu ada di apartemen ku Cindy?! Bukannya sudah pernah ku katakan berhenti menggangu ku!" Tidak habis pikir dengan tingkah laku Cindy yang seperti ini.

"Bayu? Kamu lagi sama Bimo? Aku di apartemen mu."

"Pergilah." Bayu tidak ingin meladeni Cindy.

"Tolong aku! Dira hilang."

Bayu tercengang, "Apa maksud kamu?"

"Ketika aku sedang menelpon, Dira yang tadinya ada di samping ku tiba-tiba menghilang. Aku tidak tahu dia dimana. Tolong bantu aku mencarinya."

Bayu merasa de Javu, bukanya awal mula kehancurannya dengan Riri adalah saat dia menolong Cindy. Belas kasihnya menghancurkannya.

Meskipun ini adalah kasus yang berbeda entah kenapa dia merasakan firasat buruk hal yang sama. Bisakah Bayu mengabaikan gadis kecil itu?

"Bayu, tolong bantu aku, dia masih kecil. Apa kamu tega mengabaikannya seperti ini?" Suara Cindy terdengar menuntut.

Bayu memejamkan matanya. "Kami akan turun sekarang." Bayu turun ke lobi bersama Bimo dan Rian. Dia benar-benar harus memperingati Cindy dengan keras.

Cindy langsung melangkah mendekati Bayu, mencoba meraih tangan Bayu "Bayu gimana ini?"

Uluran tangan itu langsung di tepis Bayu, "Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Bukanya kamu harusnya langsung mencarinya?! Untuk apa menunggu kami tiba?!" Tingkah Cindy itu benar-benar memancing amarah Bayu. Cindy bahkan membuang-buang waktu untuk menelpon dan menunggu Bayu, tanpa peduli Dira yang sudah lama menghilang. "Aku nggak tahu harus apa. Ini salah mu seharusnya kamu tidak memblokir nomor ku." Ucap Cindy justru menyalahkan Bayu.

Bayu malas meladeni Cindy, "Bimo, Rian, Lo cari ke arah di kiri apartemen, gue cari ke arah kanan." Tanpa memperdulikan Cindy Bayu langsung pergi mencari Dira.

"Bayu, tunggu aku." Teriak Cindy mengikutinya dari belakang. Bayu terus berjalan tanpa mempedulikan Cindy.

"Diraa..Diraa...." Teriaknya beberapa kali, Cindy berdiri di sampingnya ikut berteriak.

Mereka sudah mencari selama 30 menit namun Dira tidak kunjung ditemukan. Gadis kecil itu bahkan belum berusia 4 tahun. Apalagi perkembangan yang cenderung lambat dibanding anak seusianya. Bayu meneriakkan nama Dira beberapa kali dengan cemas.

Bekas Luka Where stories live. Discover now