Bab 7

28.1K 2.4K 30
                                    

Selamat  Membaca!!

BAM!!!

Bayu masih menatap pintu apartemen Riri yang baru saja ditutup oleh Riri di depan wajahnya, sorot matanya yang tadinya percaya diri langsung hilang, terpaku sebentar sebelum melangkah ke apartemen yang baru di tempatinya tadi malam.

Dia masuk ke dalam apartemen barunya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. Mengamati kembali kondisi ruangan apartemen yang masih belum diisi banyak furnitur itu, barang-barangnya pun masih belum tersusun rapi, wajar saja karena dia pindah tanpa banyak persiapan. Sebagian besar barangnya masih ada di apartemennya yang lain. 

Apartemen ini dia beli seminggu yang lalu. Setelah memutuskan untuk membuat Riri  menerima kehadirannya. Penghuni apartemen tersebut awalnya tidak ingin menjual unit apartemen ini, namun setelah Bayu menaikan harganya 50% dia langsung setuju. Tentu jauh di atas harga pasar. Dia hanya tidak peduli.

Bagaimana mungkin dia tidak tahu maksud Riri yang tidak ingin bertemu dengannya lagi. Riri sama sekali tidak akan mau mendengarnya bicara tentang masa lalu, jadi di merubah caranya. Dia akan mencoba perlahan-lahan masuk kehidup Riri. 

Melangkah menuju sofa ruang tamu dan meletakan kembali makanan yang dipegangnya. Makanannya memang ditolak oleh Riri namun dia masih merasa lebih baik setidaknya Riri berbicara kepadanya walaupun dengan penuh emosi.

Aku senang melihatmu, Ri.

Bayu membatin sambil membayangkan wajah bangun tidur Riri yang sudah lama tidak dilihatnya. Sungguh membuat Bayu gemas, dia menahan dirinya untuk tidak mengusap rambutnya. Riri pasti akan sangat marah jika dia melakukan itu. Dia tidak ingin semakin dibenci oleh Riri. 

Perlahan-lahan saja.

Jika ditanya apakah dia merasa kecewa dengan penolakan, Riri? Dia akan langsung menjawab tidak. Karena dia sudah mempertimbangkan hal itu. Sarapan hanya menjadi alasannya untuk menyapa Riri dan menunjukan kehadirannya. Tidak mungkin kan Bayu Berharap Riri akan mempersilahkan dia masuk dengan senyuman.

Aku sudah siap Ri

Mungkin Riri berpikir bahwa pertemuan pertama dengan Bayu adalah di Invo Advertising, tapi Riri salah. Bayu sudah melihatnya ketika Riri terburu-buru melarikan diri darinya saat di mall.

Satu bulan yang lalu

"Temen Istri gue, nanyain lo berkali-kali ke istri gue, gue udah dicecar mulu nih. Mau kenalan nggak?"Kata Rian, yang Lagi-lagi menyodorkan wanita pada Bayu.

"Nggak tertarik, suruh Bimo aja." Bayu hanya menganggap angin lalu perkataan Rian. Dia sudah sangat sibuk tidak ada waktu untuk hal-hal lain.

Mereka adalah teman-teman kuliahnya di Jogja, mereka sudah berteman dekat sejak awal semester. Rian sekarang bekerja sebagai manajer di perusahaan keuangan dan sudah menikah dua tahun yang lalu. Sedangkan Bimo justru banting setir menjadi fotografer, gelar sarjana hanya menjadi pajangan saja. Bimo memang dari dulu tidak terlalu tertarik berkuliah dan hanya mengikuti permintaan orang tuanya saja.

Bimo berdecih,"Itu cewek sukanya ama lo, emangnya gue ban serep. Lagian dia juga tahu kali yang mana yang banyak duit, mana yang banyak cicilan" Perkataan Bimo itu adalah omong kosong menurut Bayu. Penghasilannya sebagai fotografer tidak sedikit, dia tahu itu.

"Cicilan apaan coba?" Tanya Rian.

Bimo tersenyum mencurigakan, "Cicilan gue buat menghidupi pacar-pacar gue lah." Tertawa ketika kedua temanya mendelik kesal padannya. 

"Lagian gue udah punya banyak, nggak kayak lo yang masih belum move on aja." Sindir Bimo. "Sudah lebih dari tiga tahun, lo harusnya udah lupain dia. Mungkin aja dia udah nikah sekarang." Bimo tidak tahan melihat temannya yang hidup selibat selama tiga tahun. Apalagi hanya karena seorang perempuan. Perempuan kan tidak hanya satu saja, dia tidak pernah mengerti bagaimana Bayu yang dikenalnya bisa menjadi seperti ini hanya karena satu orang perempuan.

Rion ikut menyindirnya, "Gue setuju, emang nya lo kurang apa sih? Lo mau yang cantik tuh banyak model kenalan Bimo, lu mau yang pintar tuh banyak dokter kenalan istri gue, atau lu mau keduanya banyak kan di kantor lo."

Bayu tidak menghiraukan mereka, dia justru mengalihkan perhatiannya ke sekeliling  restoran seperti mencoba mencari sesuatu, ketika sedang mengarahkan tatapannya ke pintu restoran pandangannya tidak sengaja melihat punggung seorang wanita yang tergesa-gesa berjalan keluar. Walaupun wanita itu tidak menoleh kebelakang, tapi Bayu mengenalinya. Tidak mungkin Bayu tidak mengenalinya.

Itu dia. Bayu yakin.

Bayu langsung mengejar wanita itu , tidak menghiraukan panggilan dari Rian dan Bimo.

Bayu tidak mau kehilangannya lagi. Tidak boleh kehilangan Riri lagi.

Bayu terlambat selangkah wanita itu sudah masuk ke dala lift, dia mencoba mengejarnya melalui eskalator. Turun kelantai 1 berharap bahwa wanita itu tidak sedang menuju basement tempat parkir mall itu. Dan untung saja Riri dan wanita di sebelahnya menuju ke pintu keluar mall. Namun, dia tidak berani memanggilnya.

Riri pasti melarikan diri karena melihatnya. Dia tidak ingin bertemu Bayu.

Ketika wanita itu masuk ke dalam taksi dia mengikutinya, bahkan Bayu meninggalkan mobilnya yang masih ada di parkiran. Dia mengikutinya menggunakan taksi, hingga wanita itu sampai di apartemennya. Namun, dia belum berani memanggilnya.

*****

Pertemuan mereka selanjutnya tentu saja terjadi di kantor Invo Advertising. Masalah kerja sama awal harusnya tidak memerlukan kehadirannya untuk datang, dia harusnya hanya perlu menerima laporan dari Galang sebagai manajer marketing dan menyampaikan pada galang perbaikan yang dia inginkan. 

Tapi Bayu memilih turun langsung, dia melakukan itu untuk menemui Riri. Saat itu yang tidak diketahui Riri, dia sangat cemas. Bayu bahkan tidak pernah segugup saat itu, dia telah lama menantikan pertemuan mereka. Bayu tidak peduli jika ada yang menganggapnya tidak tahu malu. Sudah cukup baginya selama ini merindukan Riri. Dia tidak ingin lagi hidup seperti itu.

Dan berada di apartemen ini adalah langkah awal perjuangannya, tempat ini memang tidak seluas apartemennya yang lain. Tapi, memang apa bedanya? Toh dia hanya memerlukan apartemen hanya untuk tidur. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk bekerja, Walaupun sekarang dia tidak perlu melakukan itu. Sekarang waktunya yang sempat terhenti akhirnya bergulir kembali. Dia mendudukan dirinya di sofa, menyandarkan kepalanya kemudian menutup matanya. 

Berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya.

Jakarta telah menjadi kota tujuannya sejak awal, karena dia mengetahui bahwa Riri kemungkinan Riri akan memilih tempat ini sebagai tujuannya. Riri pernah menceritakan bahwa dia memiliki teman yang tinggal di Jakarta, namun hanya sebatas itu yang diketahuinya. Setelah datang ke Jakarta, Bayu bahkan selalu makan di restoran korea di berbagai tempat karena itu merupakan makanan kesukaan Riri. 

Dia berharap setidaknya akan ada keberuntungan yang datang padannya. Mungkin saja dia bisa secara tidak sengaja bertemu Riri. Padahal mungkin saja dia tidak ada di Kota ini. Teman-temannya bahkan heran kenapa dia selalu meminta bertemu di restoran korea, padahal bayu lebih menyukai makanan indonesia. 

Dan yah... Akhirnya keberuntungan itu datang  padanya setelah lebih dari tiga tahun.

Setelah sebelumnya berjalan tanpa tujuan, akhirnya dia menemukannya. Sekarang gilirannya untuk berjuang. Bayu membuka bungkus makanan di depannya, jujur saja dia jarang sekali sarapan pagi. Makanan utamanya selain makanan korea adalah kopi dan roti. Dia tidak pernah repot-repot makan yang lain. Sudah seperti ini sejak tidak ada lagi suara yang mengomelinya agar makan teratur. 

Dia tidak pernah melupakan Riri, walaupun menyakitkan. Dia tidak mau. 

Jangan Lupa Vote dan Koment ya!!Biar Semakin Semangat Nulisnya.

Bekas Luka Where stories live. Discover now