06. Digombalin Bocil

280 58 3
                                    

Rena

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Rena

Pagi-pagi banget Revan ngajakin aku ke bioskop. Katanya dia mau ikut trend yang bioskop date itu. Aku langsung setuju dan kita sepakat berangkat habis Dzuhur aja. Aku juga udah minta izin ke Mama. Kalau pergi sama Revan Mama nggak akan khawatir. Revan anaknya nggak aneh-aneh. Mentok aneh paling dia makan soto dicampur nutrisari, soalnya waktu itu Tante Indah lupa beli jeruk buat soto.

Terlihat Mama Nita pagi-pagi banget selalu ngurusin anak-anaknya yang lain alias tanaman. Tadi ada orang yang beli tanaman Mama. Selain untuk diurus sendiri, Mama Nita juga jualin tanamannya.

Aku duduk di kursi rotan sambil lihatin Mama yang sibuk. Sesekali aku tanya-tanya kenapa tanaman itu harus dipotongin daun-daunnya, dan lain-lain. Mama menjelaskan semua dengan sangat rinci. Mama Nita juga cerita dulu yang kuliah bawa parang cuma jurusan pertanian. Jadi kalau Mama berangkat sama gengnya berasa kayak mau tawuran.

"Dulu Mama kenal Papa tuh di mana?" tanyaku lagi.

"Di tempat kerja. Papamu waktu itu yang interview Mama. Setelah Mama satu tahun kerja di sana, kita pdkt jiakhh," cerita Mama sambil terkekeh.

"Ma, nanti aku berangkat habis dzuhur sama Revan."

"Kak Sera tanyain juga itu. Katanya mau nonton tapi nggak ada temen," balas Mama.

"Kemarin aku tanyain dia nggak mau ikut. Nggak mau nonton sama aku, katanya aku suka jajan banyak-banyak dan lama. Padahal enggak."

"Nggak usah ngadu! Aku denger," sahut Kak Sera.

"Aku ikut deh," lanjut Kak Sera.

"Pasti karena ada Revan kan?" godaku pada Kak Sera.

"Orang beneran pengen nonton."

Suara pintu terbuka dari balkon seberang membuat aku menoleh padanya. Kak Regal keluar sambil jemur handuk di balkon kamarnya yang berhadapan dengan balkon kamarku. Ya, balkon kamarku udah kayak hutan lindung gara-gara tanaman Mama.

Habis jemur handuknya, Kak Regal masuk lagi ke dalam kamar. Dia nutup pintu kamarnya. Kak Regal jarang banget keluar dari balkon selain jemur-jemur sesuatu. Beda banget sama aku yang suka meresapi makna kehidupan di balkon sambil natap langit.

Kak Sera turun ke bawah lewat pintu samping kamarku yang merupakan tangga yang terhubung langsung ke kolam ikan samping rumah. Mama tadi juga lewat situ. Yang lewat kamar cuma aku.

"Kamu mudeng kan les sama Regal, dek?" tanya Mama.

"Dikit. Dia kalau ngajar serem, wajahnya jutek banget. Kayaknya aku nggak cocok deh les di Kak Regal."

"Lha mau les di mana? Coba deh bilang yang pasti biar Mama bisa nurutin kamu dan buat kamu nyaman."

"Maunya sukses tanpa harus sekolah," balasku dan mendapat helaan napas dari Mama.

Regal & Rena Onde as histórias ganham vida. Descobre agora