10. Password WiFi

245 55 1
                                    

Rena

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Rena

“Ih anjir! Hmphh!” aku langsung membekap mulutku waktu nggak sengaja keceplosan mengumpat. Barusan bapak-bapak naik motor hampir nyerempet, bikin kaget aja.

Kak Regal udah natap aku dari kaca spion. Aku jadi takut. Kemarin aku disuruh lari muterin RT. Artikelnya sih nggak aku kerjain. Lagian Kak Regal juga nggak nagih lagi.

Sampai di rumah aku turun dan ucapin terima kasih ke Kak Regal. Sementara Revan dan Kak Sera belum sampai rumah.

Baru aja aku mau jalan ke pagar rumah, Kak Regal panggil namaku, lengkap pula.

“Serena Zea Mays.”

Aku jadi takut. Pelan-pelan aku berbalik dan nyengir lebar.

“Artikel waktu itu belum kamu kirim ke saya. Saya harap kamu masih mengingat persyaratan itu,” ucapnya terdengar sangat mengerikan.

“Iya iya. Aku squat jump sekarang. Tapi artikelnya satu aja ya kak?”

“Saya tidak menerima penawaran.”

Aku terpaksa melakukan squat jump malam-malam. Emang kampret Mas Pacarku ini. Setelah selesai melakukan squat jump di depan mata dia, aku masih memohon untuk meringankan hukuman membuat artikel.

“Ya kak? Satu aja dong. Yang kemarin kan udah lari satu putaran.”

“Kamu beli es dan gorengan. Jangan coba membodohi saya, Serena.”

“Itu namanya khilaf kak,” elakku. Namanya juga haus, masa nggak boleh minum sih?

Tatapan Kak Regal membuat aku menghela napas berat, “Yaudah iya, aku kerjain artikelnya. Tapi Kak Regal Minggu ini belum kasih aku es krim.”

“Artikel kamu kirim, setelah itu saya berikan es krim kamu.”

“Mana bisa gitu. Es krim dulu lah. Kalau enggak aku cium nih,” ancamku sambil moyongin bibir.

“Yaudah naik cepat. Kita beli es krim.”

Aku mengangguk senang. Dan aku langsung naik ke boncengan motor dia. Jarak rumah ke minimarket nggak terlalu jauh. Mumpung dibayarin, aku ambil es krim yang paling mahal. Biar tau rasa, dasar biskuit! Nyusahin aku yang lucu ini.

Kak Regal bayar es krim aku yang paling mahal. Dia kelihatan agak kesel, tapi dia cuma bisa pasrah karena nggak mau dicium aku kayaknya. Salah sendiri nyebelin. Dikirain aku nggak bisa jadi orang yang nyebelin kayak dia?

“Pas foto 3x4 juga belum kamu kirim ke saya,” ucap Kak Regal waktu kita udah di atas motor lagi menuju arah pulang.

“Oh iya kak lupa. Nanti sampai rumah aku kirim fotonya. Mau yang background merah atau biru kak?”

“Terserah.”

“Merah aja ya kak. Warna merah kan warna cinta,” balasku sambil memakan es krim.

Setelah bilang makasih, aku masuk ke rumah dan malam ini lembur buat artikel yang harus dikumpulin ke guru les kampret itu. Nggak lupa kirim pas foto 3x4. Udah berasa kayak mau daftar apa aja.

Regal & Rena Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon